Page 162 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 162
(ceramah sebuah rri nusantara ii, tanggal 25 agustus 1996) diibaratkan seperti sikap
tangan kanan dengan tangan kiri. keduanya saling asah asih asuh, yakni meskipun
tangan kanan yang tanda tangan, pegang uang seandainya dibelikan arloji, lalu
diberikan ke tangan kiri.
Konsep kepemimpinan asah asih asuh tersebut memang masih abstrak karena
belum mengandung indikator yang jelas. dalam kaitannya dengan indikator ini Donelson
(1990: 5-15) dalam buku "asih asah asuh" memberikan rumusan bahwa asah asih asuh
diturunkan dari bahasa inggris nurture, berarti pemeliharaan yang amat luas, meliputi
pemberian perhatian, dukungan, bantuan, kasih sayang, pelayanan, dan bimbingan
atau pendidikan, untuk memenuhi kebutuhan seseorang sehingga orang tersebut
mampu berkembang secara sehat.
Kata asih tercakup segala aspek yang berkaitan dengan pelayanan kasih, saling
memberi dan menerima, perhatian/afeksi, persahabatan, dan sebagainya. kata asah
tercakup aspek yang berhubungan dengan pengembangan pribadi, bimbingan,
pendidikan, dan bantuan lain untuk tujuan karier. kata asuh berkaitan dengan
pemeliharaan, perawatan, dan dukungan sehingga orang lain tetap tegak berdiri serta
menjalani hidupnya secara sehat.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan asah asih asuh
adalah terkandung falsafah kepemimpinan jawa ideal yang diwariskan oleh generasi
sebelumnya. Hal ini bukan tidak beralasan karena Kamajaya (1995: 134) memberikan
ciri-ciri sifat kepemimpinan Jawa yang ideal adalah, (1) orang-orang yang suci dan
ikhlas memberikan ajaran dan bimbingan hidup sejahtera lahir dan batin kepada rakyat,
seperti para pendeta dan pembantu-pembantunya serta seperti kyai dan santri-
santrinya. (2) orang-orang dari keturunan baik-baik, berkedudukan pantas, yang ahli,
yang rajin menambah pengetahuan, yang hidup berkecukupan dan yang jujur. Itulah
persyaratan guru yang baik; (3) orang-orang yang paham akan hukum-hukum agama,
yang beribadah dan tak ragu-ragu akan kebenaran Tuhan, yang suka bertapa, yang
tekun mengabdi masyarakat dan yang tidak mengharapkan pemberian orang lain. Itulah
persyaratan bagi orang yang pantas dijadikan guru.
Pemimpin masyarakat yang mempunyai watak dan iktikad seperti itu, niscaya
memiliki wibawa atau kharisma tinggi. Kepemimpinannya berpengaruh besar dan
mendatangkan kebahagian lahir batin kepada rakyat, namun bilamana watak sang
pemimpin bertentangan dengan masyarakat luas dan sedikitnya tidak mendekati
persyaratan itu, niscaya akan mendatangkan malapetaka kepada negara dan anak
keturunan bangsanya.
C. Implementasi Kepemimpinan Asih
Falsafah kepemimpinan asih berkaitan dengan berbagai bidang kepemimpinan.
Pertama, pemimpin negara, dia wajib memberikan penghargaan yang sepantasnya
kepada bawahan (warga negara) yang berhasil menunjukkan prestasi. Pemimpin
negara hendaknya memberikan motivasi kepada warga negara. Di sini terkandung
pesan filosofi bahwa dengan pemberian perhatian dan motivasi secara manusiawi,
dengan penuh kasih sayang, bawahan akan terdorong secara alamiah (wajar). Melalui
sentuhan-sentuhan kejiwaan baik secara personal maupun secara sosial, pada
gilirannya bawahan tidak akan merasa dipaksa untuk berkembang. Terlebih lagi dengan