Page 116 - Toponim sulawesi.indd
P. 116

102     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                     Tersedianya sarana dan prasarana pelayaran dan perdagangan yang

               ada secara alamiah di pesisir negeri Bitung, dan oleh pemerintah Belanda
               hal ini dirasakan dapat mempengaruhi perekonomian, maka pemerintah

               Belanda sejak tahun 1936 memberikan keluasan pelayaran pantai di Bitung.
               Pemerintah Belanda pun menempatkan seorang agen yang bernama J.K
               Poesiroemang untuk  mengawasi perniagaan  pelayaran pantai  di Bitung,

               dengan kegiatan usaha diserahkan kepada N.V NOCEMO (Noord Celebes en
               Molukken Kustvaart Maatscappij). NV. Nocemo diberikan wilayah operasional

               untuk menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan perniagaan laut
               di wilayah Karesidenan Manado dan Maluku Utara. Kapal-kapal niaga yang
               ditangani dan diawasi oleh NV. NOCEMO pada umumnya akan singgah

               untuk pembelian dan pengangkutan ikan, sekaligus mengambil perbekalan
               termasuk bekal air tawar di Aertembaga negeri Bitung (Mustafa, 1997: 13).

                     Diberikannya kebebasan pelayaran di Bitung secara terbuka, maka

               pada tahun 1937, peluang ini dimanfaatkan oleh Jepang dengan mendirikan
               perusahaan perikanan yang bernama TOINDO SUI SAN KOBUSJIKI KAISHA di
               Bitung. Perusahaan ini dikepalai oleh seorang Jepang yang dikenal masyarakat

               Bitung dengan panggilan Meester Honda dengan dibantu seorang pribumi
               berasal dari kepulauan Sangihe bernama Ezra Lalele. Berdiri dan dibukanya
               perusahaan ini maka semakin ramailah pesisir Bitung dan Selat Lembeh

               dengan berbagai jenis kapal ikan, baik dari nusantara maupun dari luar negeri,
               seperti Jepang. Perusahaan ini pun memiliki sejumlah kapal yang diberi nama

               Nisiran I, II, Dairo, Bitung Satu, dan Yore-yore. (Ibid.etzeq).

                     Kegiatan perniagaan perusahaan Jepang ini berlangsung terus
               sampai masa pendudukan Jepang, bahkan diketahui kemudian hari, bahwa

               pembukaan perusahaan perikanan Jepang ini juga adalah bagian dari strategi
               persiapan Perang Dunia II (Dai Towa Senso) ketika menduduki Minahasa
               melalui Bitung dan Kema. Ketika berakhir pendudukan dan Indonesia

               merdeka di tahun 1945, tak lama sesudah itu, Jepang pun pergi dan sebagian
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121