Page 115 - Toponim sulawesi.indd
P. 115
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 101
3.2.3 Dari Pelabuhan Rakyat Menjadi Pelabuhan Nasional Bitung
Proses dan dinamika dari negeri Bitung menjadi kecamatan Bitung.
Situasi dan kondisi jalannya pemerintahan langsung atau tidak langsung juga
mempengaruhi eksistensi pesisir Bitung sebagai pelabuhan rakyat menjadi
pelabuhan nasional Bitung. Dengan demikian, membicarakan pemerintahan
Bitung akan juga menyinggung kebijakan yang terhubung dengan hadirnya
pelabuhan Bitung. Bersamaan dengan itu pula, dinamika perubahan suatu
daerah membawa konsekuensi jumlah penduduk yang terus bertambah.
Bitung, sejak masa lampau sudah kosmopolitan sehingga multikulturalisme
peduduknya menjadi tanda sampai kekinian. Hal ini merupakan salah satu ciri
kota pantai yang kemudian menjadi kota pelabuhan, dimana masyarakatnya
datang dari berbagai latar sukubangsa dan terbuka kepada siapa saja dalam
interaksi antarmanusia dalam bermasyarakat di Bitung.
Tahun 1933 – 1938, atas usul Hukum Tua Hendrikus Langi Langelo,
dan seijin Hukum Besar Tonsea-Airmadidi, akhirnya Residen van Manado
menyetujui perombakan hutan dan pembukaan lahan baru, baik untuk
pemukiman maupun untuk lahan pertanian. Dari sini mulai banyak para
penduduk Tonsea berpindah tempat menggarap lahan pertanian di daerah
Bitung sekaligus menyediakan akan kebutuhan kapal, interaksi jual beli ikan
meningkat, dan sebaliknya dibukanya pasar-pasar untuk kebutuhan nelayan
dan pekerja, pelaut dapat disediakan. Tidak hanya itu saja, kemajuan
negeri Bitung dikunjungi kapal-kapal ikan dan kapal niaga nusantara dan
internasional melalui Selat Lembeh setelah ditemukannya sumber mata air
di tempat yang dinamakan Aerprang. Tempat ini akhirnya memiliki peran
9
strategis dalam menjadikan Bitung sebagai pelabuhan nasional bahkan
internasional, sebab dari sini kapal-kapal kemudian dapat mengambil air
tawar untuk kebutuhan dalam perjalanan kapal.
9 Disebut Aerprang karena pada masa lampau daerah ini menjadi rebutan para nelayan dan
pelaut dalam mengambil air tawar. Lokasi ini di daerah yang bernama Tandurusa. Di lokasi
ini juga, awalnya dikenal sebagai pelabuhan nelayan Aertembaga. Kemungkinan airnya
berwarna seperti tembaga, putih jernih.