Page 211 - Toponim sulawesi.indd
P. 211
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 197
dengan landschap Todjo, bagian barat berbatasan dengan distrik Pebato, dan
bagian Selatan berbatasan dengan distrik Tentena. Distrik Lage membawahi
beberapa kampung termasuk Kota Poso dan Muara Sungai Poso. Kampung-
kampung yang dibawahi oleh Distrik Lage dari pinggir lait adalah Maboento,
Tongko, Maliwoeko, Silantja, Tagoloe, Taliboe, Watoe Awoe, dan Pandiri.
Khusus untuk perkembangan kampung dan akan menjadi Kota
tradisional di muara sungai Poso sejak tahun 1917 adalah kampung-kampung
kampung Lage atau Lombugia, Kampung Sayo, Kampung Kawua, Kampung
Minahasa atau kasintuwu, Kampung Cina atau Bonesompe, Kampung Arab
atau Lawanga Kampung Gorontalo atau Bonesompe, Kampung Parigi atau
Lawanga, dan Kampung Kayamanya. Pada saat ini Poso dianggap sebagai
41
distrik Poso Lage. Keberadaan kampung ini hingga tahun 1950-an dengan
masing-masing kepala distrik bernama Kaleka Tonahi (1920-1930), Jumbo
Tima (1930-1935), T. Guluda (1935-1943), P. Mantjoro (1943-1956), dan D.
S. Abu (1956-1962).
4.2.4 POSO: Kota Pemerintahan
Republik Indonesia di tahun 1950, telah ada DPR Sementara yang
beraku 1950-1956. DPRS ini memiliki kurang lebih 235 anggota yang terdiri
atas bekas senat dan bekas anggota senat RI. Selain itu anggota DPRS juga
masuk anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia dan anggota dewan
Pertimbangan Agung RI yang berpusat di Yogyakarta. DPRS telah berhasil
membicarakan 237 Rencana Undang-Undang (RUU) dengan menyetujui
167. Paling utama yang dilaksanakan adalah Undang-Undang nomor 7 tahun
1953 tentang pemilihan. Anggota-anggota Konstituante dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat telah menyetujui 21 mosi, satu angket dan dua kali hak
budget. Pada masa ini juga di Kabupaten Poso telah ada DPRD Sementara.
Dalam kajian yang ditulis oleh The Liang Gie dinyatakan bahwa: “Dengan PP
41 Tanpa Pengarang, Sejarah Singkat Lahirnya Kota Poso (disampaikan pada HUT Kota Poso ke 106, 2 Ma-
ret 2001), hlm. 4.