Page 310 - Toponim sulawesi.indd
P. 310
296 Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi
5.3.5 Catatan Akhir
Kolaka hingga kini telah menjadi kota yang berkembang pesat.
Berbagai fasilitas kota terus dibangun dan disediakan oleh pemerintah kota.
Perkembangan kota Kolaka hingga sekarang tidak terlepas dari proses historis
evolusi kota yang berlangsung dari periode sebelumnya. Oleh karena itu,
untuk memudahkan pemahaman kita terhadap kota Kolaka perlu dilihat
dalam beberapa fase. Fase perkembangan awal sebagai kota, yang dalam
riset ini disebut sebagai fase pertama. Fase ini ditandai oleh terbentuknya
jejaring (network) antara Kolaka (dan manusianya) dengan wilayah lain
seperti Luwu, Bugis, Makassar, Melayu, Cina, dan Jawa. Kota Kolaka pada fase
pertama ini mengandalkan pantai dan transportasi perahu dalam menunjang
perekonomian kota melalui perdagangan di teluk Mekongga. Pelabuhan pada
periode ini setara dengan harbour (pelabuhan pantai). Periode ini berlangsung
hingga akhir abad XIX.
Pada fase kedua, perkembangan kota Kolaka ditandai dengan
intensifnya pemerintah kolonial mencari komoditas baru. Kayu, rotan,
dan tambang untuk diperdagangkan. Sasaran pemerintah kolonial adalah
daerah-daerah baru yang belum taat pada pax-nerlandica. Pantai Timur
Sulawesi dan teluk Bone menjadi sasaran. Perlawanan pemerintahan
lokal yang terganggu secara ekonomi dan politik diperlihatkan dengan
konfrontasi, meski hasilnya selalu kalah bagi penguasa lokal. Kekalahan ini
melahirkan korte Verklaring (penjelasan singkat) dan sejumlah perjanjian
yang menyatakan takluk dan tunduknya kekuasaan lokal pada pemerintah
kolonial Belanda. Sejarah mencatat bahwa Bone tunduk pada pemerintah
kolonial Belanda (1905), Buton (1906), Muna, (1907) Kendari (1909), dan
80
Kolaka (1910).
81
80 E.B. Kielstra, Indisch Nederland hlm. 363-367. Lihat juga La Side, “Perang Pertahanan
Kemerdekaan Massenrempulu”, dalam; Bingkisan, bagian 2.II/12 (Agustus 1969), hlm 20-21
81 Data terse(\but sesuai Korte Verklaring yang ditandatangani pada 2 Agustus 1918. Lihat
juga Said Duke, “Pembentukan Propinsi Sulawesi Tenggara 1950-1978: Studi Konflik Dan