Page 50 - Toponim sulawesi.indd
P. 50

36     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                     Sungai yang mengalir di Bantaeng sesuai tahun 2014 sebanyak 11

               sungai dengan rentang panjang antara 1,75 km sampai 25, 15 km. Adapun
               rincian sungai yang terdapat di Bantaeng, yakni Sungai Pomasa (1,75 km),

               Turung  Asu (7,40 km), Balang Sikuyu  (10,80 km), Panaikang (11,75 km),
               Kalamassang (14, 20 km), Lemoa (14, 45), Kaloling (17,10 Km), Biangkeke
               (20,45 km), Calendu (20,70 km), Bialo (43,30 km), dan sungai Nipa-nipa

               (25,15 km).  Banyaknya sungai di Bantaeng menjadi indikasi kuat bahwa
                          25
               Bantaeng memiliki  tanah  yang subur, menjamin  tersedianya air bersih

               sepanjang tahun, dan muara sungai yang aman bagi pelabuhan. Kondisi itu
               sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya kota Bantaeng.

                     Sebagai kota yang dekat dengan Makassar di Sulawesi bagian Selatan,

               kota Bantaeng menerima penduduk dari wilayah lain, baik daris ekitarnya
               maupun yang berlokasi jauh di luar pulau Sulawesi seperti Melayu, Jawa,
               Cina, Arab, Buton, Flores, Toraja, Selayar, dan orang-orang Eropa. Kehadiran

               penduduk Eropa di Bantaeng tidak terlepas dari penguasaan ekonomi dan
               politik Bantaeng yang subur dan posisinya yang strategis dalam mengawasi
               perdagangan dari dan menuju kawasan  teluk Bone. Orang-orang Jawa pada

               abad awal abad XX umunya menjadi pekerja pertanian dan perkebunan. Selain
               pertanian, orang-orang Jawa juga mengisi sebagaian birokrasi kolonial di
               Bantaeng seperti tenaga administrasi dan pengawas pertanian.


                     Penduduk kota Bantaeng umumnya berasal dari etnis Bugis dan Makassar.
               Asal usul keberadaan mereka bisa dilacak sejak konflik antara dua kerajaan Besar

               di Sulawesi yakni Gowa dan Bone pada abad XVII. Konflik itu seakan menjadikan
               Bantaeng sebagai garis demarkasi antar dua Kerajaan. Makam raja Bone, La Tenri
               Ruwa di Bantaeng memberi indikasi bahwa di Bantaeng pernah menjadi pusat

               pengaruh kerajaan Bone. Bantaeng secara geografis menjadi pintu masuk Bone
               melalui laut ke pusat Kerajaan Gowa di Makassar.

                     Kompleks  pemakaman  raja-raja Bone  di  kota  Bantaeng memberi

               pengetahuan kepada kita bahwa Bantaeng kota itu pernah di bawah
               kekuasaan Raja Bone. Raja Bone memerintah Bantaeng sejak Abad XVII

               25   Ibid., hlm.  6.
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55