Page 45 - Toponim sulawesi.indd
P. 45

Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi  31

                 Alasan terakhir ini tapaknya yang dominan, karena keberadaan jejak orang-

                 orang dari Sulawesi Selatan di Australia Utara, berbagai kawasan Indonesia
                 Bagian  Barat, Johor, Langkawi, dan  sebagian  besar di  Indonesia  Timur

                 untuk keperluan perdagangan.  Mereka kemudian menetap dan sebagian
                                              17
                 menjadi penduduk suatu kota. 18

                         Dengan melihat sejumlah indikator  pertumbuhan kota,  maka

                 Makassar sebagai kota paling tidak mengalami tiga fase. Fase pertama, adalah
                 terbentuknya bandar Barombong (Somba Opu). Fase ini ditandai dengan
                 dijadikannya Barombong sebagai pusat Kerajaan Gowa. Barombong pada

                 periode itu menjadi pusat niaga yang dikunjungi oleh berbagai suku bangsa
                 baik di Nusantara maupun dari luar seperti Cina, Arab, Eropa,  dan dari Melayu.
                                                                      19
                 Laporan tentang keramaian kota pantai di Makassar menghiasi beberapa
                 laporan perjalanan para pedagang baik Cina maupun Eropa.

                       Orang-orang Cina dan Eropa pada periode itu telah menjadikan tradisi

                 tulis sebagai bagian penting dalam catatan perjalanannya. Catatan-catatan
                 itu memberi informasi bahwa awal perkembangan Makassar sebagai kota
                 terjadi  pada  abad  XVI  ketika raja Gowa IX (1543),  Karaeng  Tumapa’risi

                                      20
                 Kallonna memerintah.  Kota pantai Makassar mencapai kemapanan secara
                 politik dan ekonomi karena hubungan Makassar dengan berbagai daerah


                    Todd Ryan Hooe, “‘LITTLE KINGDOMS’: Adat and Inequality in the Kei Islands, Eastern
                    Indonesia”  (University of Pittsburgh, 2012).  Juga,  Gerrit  Knaap  and  Heather  Sutherland,
                    eds., Mansoon Traders: Ships, Skippers and Commodities in Eighteenth-Century Makassar
                    (Leiden: KITLV Press, 2004). Juga, Gene Ammarell, Bugis Navigation (New Haven: Yale
                    University Press and Southeast Asia Studies Program, 1999).
                 17  Gene Ammarell, “Bugis Migration and Modes of Adaptation to Local Situations,” Ethnology
                    vol, 41, no. 1 (2002): 51–67. Lihat juga, Handelsvereeniging Makassar Jaarverslag over 1921-
                    1931, 1931. Lihat juga, Matullada, Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar  Dalam Sejarah.
                    Juga, Nurdin Yatim, Pelayaran Teripang dari Makassar k Marege, Telaah Antropolog (Ujung
                    Pandang: Pemda Tk. I, 1991).
                 18  Anthony Reid, “The Stucture of Cities in Southeast Asia, Fifteenth to Seventeenth Centuries,”
                    Journal of Southeast Asia Studies, no. 1 (1980).
                 19  Menurut Mangemba, jejak orang Eropa di Makassar dapat dilacak sejak kehadiran Portugis pada
                    tahun 1538 dan orang-orang Makassar melakukan perdagangan dengan mereka. Lihat, Daud,
                    “Perjalanan Sejarah Kota Makassar Abad 19-20,” hlm. 4-5.
                 20   Rahman, Natsir, and Husain, Pertumbuhan Kota Pantai Makassar, 23.
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50