Page 41 - Toponim sulawesi.indd
P. 41
Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi 27
tersebut adalah media jalan menuju dari dan ke pedalaman Sulawesi Selatan
yang kaya dengan komoditas perdagangan.
9
Ibukota kerajaan Gowa kembali pindah ke daerah asalnya dari
Somba Opu ke Kalegowa pada masa pemerintahan raja ke-14, Mangarangi
Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna. Pada masa
pemerintahan raja ke-14, Kalegowa menjalankan fungsinya sebagai
pusat pemerintahan kerajaan Gowa. Sombaopu dijadikan sebagai pusat
perniagaan dalam dan luar negeri. Peran Somba Opu yang terus mengalami
kemajuan menjadikan Somba Opu harus menempatkan seorang syahbandar
untuk menjaga lalu lintas kapal di pelabuhan niaga Somba Opu. 10
Menurut Sagimun M.D. tidak benar kalau Makassar hingga awal abad
ke-17 adalah sebagai ibukota dari Kerajaan Gowa. Pada periode ini, di kawasan
sulawesi bagian selatan hanya dikenal Kerajaan Gowa saja dengan Ibukota
Somba Opu dan juga pelabuhannya (Barombong), bukan Makassar. Sagimun
mengungkapkan bahwa Makassar muncul sebagai kota ketika Somba Opu
dihancurkan oleh VOC pada abad ke-17. Makassar oleh Belanda diganti
11
dengan nama Ujung Pandang. Penggantian nama Makassar tidak lepas
dari keberadaan Somba Opu yang menjadi musuh utamanya pada waktu
itu. Dengan demikian, konsep Makassar merujuk pada kota niaga dan kota
pelabuhan. Makassar pada periode direpresentasikan oleh oran-orang Gowa,
Maros, Takallar, dan Jeneponto.
12
Laporan-laporan yang terkait dengan nama Makassar seperti dalam arsip
9 BPNB Makassar, Dari Kale Gowa Ke Somba Opu: Merajut Simpul-Simpul Pertahanan
Kerajaan Gowa Di Sulawesi Selatan (Makassar: Identitas Unhas dan Danarosi Media, 2013).
10 Limbugau Daud, “Perjalanan Sejarah Kota Makassar Abad 19-20,” dalam Persepsi Sejarah
Masyarakat Kawasan Pantai, ed. oleh Mukhlis Paeni (Makassar: P3MP Universitas
Hasanuddin, 1989), hlm. 3.
11 Sagimun M.D., “Somba Opu, Bungaya, Dan Beberapa Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah,”
Makalah dalam Konferensi Nasional Sejarah (Jakarta: Dikbud, 1981). Lihat juga, Daud,
“Perjalanan Sejarah Kota Makassar Abad 19-20,” hlm. 4.
12 ibid.