Page 26 - MODUL SISTEM SIRKULASI
P. 26
a. Penggolongan darah sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh ilmuan Australia bernama Karl
Landsteiner pada tahun 1930. Penggolongan darah sistem ABO dilakakukan berdasarkan
ada atau tidaknya antigen (aglutinogen) tipe A dan tipe B pada permukaan eritrosit, serta
anti bodi (aglutinin) tipe α (anti-A) dan tipe β (anti-B) di dalam plasma darahnya.
Tabel 2.1 Golongan Sistem ABO
b. Penggolongan Darah sistem Rh (Rhesus)
Pengoloangan darah sistem rhesus ditemukan oleh karl landsteiner dan wiener pada
tahun 1940, setelah melakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus ( macca
mulatte),yaitu spesieis kera yang banyak dijumpai di india dan cina
Pengolongan darah sitem rhesus berdasarkan ada atau tidak adanya aglutinogen
(antigen) RhD pada berperan dalam reaksi imunitas tubuh. Individu yang memiliki
+
antigen RhD disebut Rh (rhesus positif), sedangkan individu yang tidak memiliki
-
-
antigen RhD disebut Rh (rhesus negatif). Individu Rh (rhesus negatif) tidak memiliki
agkutinin anti-RhD dalam plasma darahnya, tetapi akan memproduksi aglunitin anti-
+
RhD jika bertemu dengan darah Rh (mengandung antigen RhD).
1). Pengaruh faktor rhesus paad tranfusi darah
-
Jika seseorang memiliki darah Rh (rhesus negatif), diberi darah dari donor Rh +
(rhesus positif), maka akan segera memproduksi aglunitin anti-RhD. Transfusi tersebut
+
pada awalnya tidak membahayakan, tetapi transfusi darah Rh selanjutnya akan
mengakibatkan hemolisis sel darah merah donor, karena aglutinin anti-RhD pada
resipien yang terbentuk sudah banyak. Hemolisis adalah pencahnya membran eritrosit,
sehingga hemoglobin terlepas bebas ke plasma darah. Akibatnya ginjal harus bekerja
keras mengeluarkan sisa pecahan sel-sel darah merah tersebut. Kondisi ini bukan hanya
menyebabkan tujuan transfusi darah gagal, akan memperparah kondisi resipien.
21