Page 129 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 129
129
Kiri: B.J. habibie bersama Ibu Ainun, Ilham Akbar Habibie di Kampus RWTH Aachen, tahun 1965 (Sumber: Arsip Keluarga Habibie). Kanan: Ibu Hasri
Ainun, kedua putranya, Thareq Kemal Akbar Habibie dan Ilham Akbar Akbar Habibie, Bapak B.J. Habibie dan dan guru besar Universitas RWTH Aachen,
Prof Dr. Ing Wilhem Heinrich Dettmering, yang merupakan guru besar B.J. Habibie semasa kuliah di kampus tersebut (Sumber: Arsip Keluarga Habibie).
membawahi direktur dan kepala yang usianya dua kali lipat Tinggi; lalu pada Desember 1966 bertemu dengan Menteri
lebih tua dari Habibie. Luar Negeri Adam Malik. Dengan ketiga tokoh tersebut
Habibie berdiskusi mengenai industri dirgantara nasional.
TANAH AIR MEMANGGIL DAN “TRUK TERBANG” Roesmin dan Mashuri menghimbau Habibie untuk pulang
Pada 26 Januari 1974, Habibie tiba di Jakarta untuk dan merintis industri dirgantara. Sementara Adam Malik
bertemu dengan Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo. memintanya untuk memikirkan tempat penampungan bagi
Keduanya pertama kali bertemu di Dusseldorf 14 Desember calon ahli dirgantara Indonesia yang belum bisa ditampung
1973. Duta Besar Indonesia untuk Jerman Barat Achmad di dalam negeri.
Tirtosudiro memberitahu Habibie bahwa Ibnu Sutowo Pada tahun 1968 Habibie bersama istri dan dua anaknya
ingin bertemu. Pada tatap muka pertama itu, Ibnu Sutowo pulang ke Indonesia dan atas undangan pemerintah
berkata, “Mengapa saudara masih berada di rantau Indonesia beliau mengunjungi Jakarta, Bandung, Semarang,
sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kunjungan
membangun bangsanya. Saudara ikut membangun bangsa itu untuk meninjau tempat-tempat yang nantinya akan
lain. Saudara harus malu dan segera ikut bergabung dengan digunakan sebagai lokasi Industri Dirgantara. Kemudian
saudara-saudaramu menempa masa depan yang lebih baik pada tahun 1969 dan 1970 beliau meyakinkan MBB untuk
bagi Indonesia yang kita cintai!!!” mempekerjakan sejumlah insinyur Indonesia dalam industri
Pada pertemuan itu, Ibnu Sutowo menginstruksikan Dr. dirgantara.
Erich Sanger untuk segera mengangkat Habibie sebagai Kedatangan Habibie selanjutnya di Jakarta pada tanggal
penasehat Direktur Utama Pertamina. Habibie juga diminta 26 Januari 1974 untuk memenuhi panggilan Presiden
untuk bisa secepatnya pulang ke Indonesia. Soeharto. Pertemuan itu diadakan pada tanggal 28 Januari
Sebelumnya, pada September 1966, setahun setelah 1974, pukul 19.30, di jalan Cendana, Menteng, di kediaman
bekerja di HFB, Habibie juga bertemu dengan Panglima pribadi Presiden Soeharto. Keduanya terlibat pembicaraan
Angkatan Udara Roesmin Nuryadin. Pada waktu itu Roesmin serius mengenai pentingnya Indonesia tidak hanya
tengah berkunjung ke HFB atas undangan pemerintah mengandalkan sumber daya alam tetapi juga meningkatkan
Jerman Barat. Kemudian pada Oktober 1966, Habibie ganti kemampuan sumber daya manusia. Pertemuan tersebut
bertemu dengan Mashuri Saleh, Direktur Jenderal Perguruan menghasilkan tiga gagasan. Pertama, membentuk industri
b .j .habibie:1998-1999
Presiden RI FINAL REVISI 20082014 CETAK_130%_03_RevSBY_M5.indd 129 10/22/14 10:42 AM