Page 198 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 198
198
Presiden Sukarno dan Ibu Fatmawati bersama
putrinya Megawati Soekarnoputri saat
menerima PM India Pandit Jawaharlal Nehru dan
istri serta putra putrinya di Istana Jakarta pada 8
Juni 1950 (Sumber: ANTARA/IPPHOS).
PEMIMPIN DAN PENDERITAAN segala risiko yang mesti ditanggungnya ketika memutuskan
Perjalanan karier politik Megawati terbilang cepat, walau terjun ke gelanggang politik. Saudara-saudaranya pun kaget
banyak rintangan yang menghadang. Pada tahun 1987 ia ketika Megawati, sang penari yang bersuara lembut dan
memutuskan masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI), satu halus gerak, memutuskan terjun ke politik praktis yang keras
dari dua partai, di samping Partai Persatuan Pembangunan, dan maskulin.
yang boleh mendampingi Golkar (Golongan Karya) ikut Pengalaman menemani ayahnya dalam kunjungan ke luar
Pemilihan Umum (Pemilu). Di tahun itu pula ia terpilih negeri bukan saja kenangan yang tak terlupakan tetapi juga
menjadi anggota DPR RI dengan daerah pemilihan Jawa pengalaman yang sangat berharga. Ketika Presiden Sukarno
Tengah. Enam tahun kemudian ia menjadi ketua umum PDI. melakukan kunjungan ke luar negeri, Megawati kerap diajak
Mega tidak belajar politik dari sekolah. Dia, seperti untuk ikut serta. Di samping menemani ayahnya, Megawati
ayahnya di masa remaja, mendapatkan “ilmu politik” dari juga mewakili ibunya. Dua peristiwa yang yang paling
pengalaman hidup. Ia belajar politik ketika melihat sang berkesan pada Megawati adalah ketiika ia dibawa ayahnya
ayahanda, Sukarno, dikunjungi tamu-tamunya dari segala menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok di Beograd,
bangsa dan tentu saja dari segala aliran politik. Ketika tamu- Yugoslavia, dan ketika ayahnya menjadi tamu kehormatan
tamu sudah pulang, demikian Mega mengenangnya, Bapak Presiden John F Kennedy di Gedung Putih pada 1961.
mengajak berdiskusi tentang berbagai hal yang dibicarakan Bekal pengetahuan politik Megawati juga tercermin
dengan tamu-tamu tadi. Tamu-tamu itu bisa saja Oom Jo dari berbagai peristiwa kecil tetapi ikut membentuk
(Dr. J. Leimena), Pak Nas (A.H. Nasution), dan lainnya. “Dari karakternya. Megawati kerap disuruh ayahnya meminjam
situlah saya mulai banyak tahu. Bahkan jika ada peristiwa buku ke perpustakaan yang masih “menompang” di Museum
nasional atau internasional yang menarik perhatian Bapak, Nasional, “Gedung Gajah”, di Medan Merdeka Barat. Buku-
kepada kami sering diberikan penjelasan. Itulah masa yang buku yang dibawa Megawati itu biasa digunakan Sukarno
paling berharga,” kisahnya. Menurut Megawati, pengalaman ketika harus menyusun risalah pidatonya.
hidup yang dialaminya bersama gelombang pengalaman Keteguhan sikap pada prinsip merupakan warisan
yang tak linier telah mengasah naluri politiknya. terbesar yang diserap Megawati dari Sukarno. Pada
Bagi Megawati, memasuki dunia politik mestilah total. sosoknya yang tenang dan “tidak gaduh” itu Megawati
Karena itulah ia selalu dengan matang mempertimbangkan mengendapkan kenangan atas penderitaan batin yang
mega w a tI SO e K a RNOPU t RI:2001-2004
Presiden RI FINAL REVISI 20082014 CETAK_130%_03_RevSBY_M5.indd 198 10/22/14 9:32 AM