Page 42 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 42

Kiri & Kanan: Rumah pengasingan
                                                                                   Sukarno di Bengkulu. Setelah di buang ke
                                                                                   Ende Sukarno dipindahkan ke Bengkulu
                                                                                   pada 14 Februari 1938 (Sumber: ANRI)




        42























                 Pengasingan di Ende senantiasa melekat dalam kenangan  ini. Ia kerapkali mengirim karangan ke majalah  Pandji Islam
              Sukarno. Ia ingat betapa kadangkala ia mengalami kesepian  yang terbit di Medan dan  Pemandangan  di Jakarta.  Ketika
              yang teramat mencekam. Berjam-jam ia duduk bersandar di  inilah perdebatan tentang Islam dan dunia modern yang
              pohon sukun yang tumbuh di halaman belakang rumahnya.  bermutu tinggi terjadi antara Sukarno dan cendekiawan muda
              Dari tempat itu, ia memandang langit biru dan awan putih  aktivis Persatuan Islam, Mohammad Natsir. Tulisan Bung Karno
              yang pelan melintas. Ia merenung dan melayangkan angan-  banyak mengulas hal-hal yang dianggap tidak membahayakan
              angan dan khayalnya  jauh ke masa  depan.  Di Ende, di  ketertiban Pemerintah Hindia Belanda. Karena aktivitasnya
              tempat  pembuangannya  itu,  Sukarno meramalkan  bahwa  mengajar  di  Muhamadiyah  inilah  Sukarno  menjadi  akrab
              nanti, di suatu ketika,  Indonesia akan berhasil  memutus  dengan Fatimah (kemudian dikenal dengan nama Fatmawati),
              belenggu yang kini mengikatnya. Di bawah pohon sukun itu  putri seorang pemimpin Muhamadiyah setempat, yang
              ia mengkhayalkan juga dasar negara yang digunakan ketika  dititipkan kepada keluarga Sukarno dan menjadi teman Ratna
              kemerdekaan Indonesia diraihnya.                    Djuami, anak angkat  Sukarno.  Sukarno menggambarkan
                                                                  Fatmawati sebagai seorang remaja dengan rambut hitam
              PENGASINGAN BENGKULU                                panjang  seperti  sutera,  yang  membawa  keceriaan  di  rumah
                 Awal tahun 1938 Sukarno baru saja sembuh dari serangan  mereka.  Sukarno kerap mengajak Fatmawati jalan-jalan ke
              malaria yang berat. Ketika itulah pemerintah menyadari  tepi pantai, menikmati debur pantai dan matahari terbenam.
              bahwa ia harus dipindahkan ke tempat pengasingan yang  Hubungan yang semakin akrab ini akhirnya mengantarkan
              lebih  sehat.  Ia  dan  keluarganya  dibawa  dari  Flores  menuju  Sukarno pada pernikahannya dengan Fatmawati yang pada
              Surabaya. Tidak ada sambutan meriah untuk dirinya. Dari sini  waktu itu berusia 19 tahun.
              ia dibawa dengan kapal ke Bengkulu, kota kecil yang terletak di   Di  pembuangan  Bengkulu,  Sukarno  mendirikan
              pantai Barat Sumatera. Seperti di Ende, ia harus puas dengan   perkumpulan  sandiwara  Monte  Carlo.  Sampai  sekarang di
              selingkungan kecil teman-teman setempat, guru, pedagang,  bekas rumah pengasingan Sukarno masih dapat ditemukan
              ulama, petani, dan sebagainya.                      lemari yang berisi properti perkumpulan tonil peninggalan
                 Meskipun demikian ia merasa beruntung juga. Di Bengkulu  Sukarno, seperti layar, panggung, dan kostum pemain.
              ia bisa aktif dalam pergerakan Muhamadiyah dan bahkan  Sukarno sangat serius mengelola perkumpulan sandiwaranya.
              diperbolehkan mengajar di sekolah organisasi Islam “reformis”  Dalam setiap pertunjukannya ia sangat memperhatikan



              SUKARNO:1945–196 7



     Presiden Republik Indonesia FINAL REVISI 20082014 CETAK.indd   42                                                  8/25/14   2:08 PM
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47