Page 69 - PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN MATERNITAS
P. 69

e.  Pada  kasus  persalinan  resik  tinggi,  pada  kala  I  DJJ  diperiksa
                  dengan  frekuensi  lebih  sering  (setiap  15  menit)  dan  pada  kala  II
                  setiap 5 menit.
              f.  Penilaian  kontraksi  uterus,  melalui  penilaian  kualitas  his  dan
                  frekuensi  secara  manual  dengan  telapak  tangan  penolong
                  persalinan  yang  diletakkan  di  atas  abdomen  (uterus)  per  uterin
                  selama  10  menit.  Nilai  berapa  kali  terjadi  kontraksi  dan  berapa
                  lama setiap kontraksi tersebut.
              g.  Catat tanda – tanda vital ibu yang meliputi suhu tubuh, nadi, dan
                  tekanan  darah.  Penilaian  dan  pencatatan  ini  dilakukan  setiap  4
                  jam.
              h.  Bila  selaput  ketuban  sudah  pecah  dan  suhu  tubuh  sudah  sekitar
                  37,5  C (borderline), maka pemerikaan suhu tubuh dilakukan setiap
                       o
                  jam.
              i.  Bila  selaput  ketuban  sudah  pecah  lebih  dari  18  jam,  kolaborasi
                  pemberian antibiotik profilaksis dengan dokter.
              j.  Pemeriksaan dalam diperlukan untuk tujuan berikut.
                  1)  Pada  kala  I  :  menilai  status  serviks,  station,  dan  posisi  bagian
                     terendah janin (hasil sangat bervariasi).
                  2)  Umumnya  pemeriksaan  dalam  menilai  kemajuan  persalinan
                     dilakukan tiap 4 jam (rutin).
                  3)  Indikasi  pemeriksaan  dalam  di  luar  waktu  yang  rutin  di  atas
                     adalah untuk tujuan berikut:
                     a)  Menentukan fase persalinan.
                     b)  Saat  ketuban  pecah  dengan  bagian  terendah  janin  belum
                         masuk pintu atas panggul.
                     c)  Ibu merasa ingin meneran.
                     d)  Detak  jantung  janin  mendadak  menjadi  buruk  (<120  atau
                         >160 dpm).
              k.  Makanan oral.
                  1)  Sebaiknya  ibu  tidak  mengonsumsi  makanan  atau  obat  padat
                     melalu  oral  selama  persalinan  fase  aktif  dan  kala  II,  karena
                     pengosongan lambung pada saat ini berlangsung sangat lambat.
                     Hal ini beresiko terjadinya aspirasi bila ibu muntah.
                  2)  Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan cair.
              l.  Posisi ibu selama persalinan.

                                                        Panduan Praktik Laboratorium | 62
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74