Page 275 - Papua dalam arus sejarah bangsa
P. 275
pendidikan berkepentingan agar hanya bertugas di sekolah tetapi juga kemajuan karya seni ukir kayu dan seni para zending bersama guru-guru yang
penduduk pribumi dapat membaca dan menjadi guru agama di kampung. Para hias. Rumah-rumah karawari dihiasi melenyapkan budaya asli Papua akan
menulis, sehingga mereka memahami zending membatasi diri pada tugas dengan berbagai patung manusia dan menghilangkan pengaruh baik dari
ajaran Kristen yang dibaca dari Kitab pengawasan atas guru-guru di sekolah. hewan seperti buaya, anjing, burung budaya itu. Oleh karena itu, pada masa
Injil. Pemerintah memberikan subsidi Minimnya pengawasan yang dilakukan dan sebagainya. Penduduk lokal pemerintahan Gezaghebber W. Philip
pendidikan kepada para zending para pendeta atas para guru tersebut berusaha mengukir kayu cendana atau di Onderafdeeling Hollandia, tarian
sebagai pengelola sekolah. Pemberian menyebabkan terjadinya berbagai kayu besi dengan bentuk lukisan yang adat penduduk lokal diijinkan untuk
subsidi itu meningkatkan jumlah sekolah pelanggaran yang dilakukan para guru diperlukan sebagai jimat. Para zending dilaksanakan. Penduduk lokal bebas
pengadaban/sekolah desa di wilayah itu. Kesalahan terbesar yang dilakukan bersama guru zending menghancurkan melakukan tariannya, tetapi sebelum
utara Papua. Peningkatan jumlah guru terhadap penduduk lokal adalah rumah-rumah karawari, melarang mengadakan upacara tarian adat
sekolah itu mengindikasikan besarnya sikap guru yang tidak sopan terhadap penduduk lokal untuk merayakan harus meminta izin kepada asisten
minat penduduk terhadap pendidikan. adat dan tradisi kepercayaan penduduk upacara yang berkaitan dengan budaya pemerintahan. Pemberian izin untuk
Pelayanan pemerintah kolonial di lokal. Para guru itu menganggap tarian karawari dan melarang pelaksanaan mengadakan upacara tari didasarkan
bidang pendidikan terhadap penduduk adat penduduk lokal sebagai sumber tarian adat penduduk lokal. Larangan pada pemikiran bahwa tarian penduduk
Papua ditandai dengan pemberian keributan karena tarian itu memberi para zending dan para guru zending hanya sebagai ungkapan alami yang
subsidi kepada sekolah-sekolah rendah alasan bagi terjadinya hubungan terhadap upacara yang berkaitan sifatnya menghibur. Tarian yang
milik zending, berupa penyediaan zinah selama berhari-hari. Bahkan dengan budaya karawari menyebabkan dilarang adalah tarian yang mengarah
sarana belajar dan subsidi gaji guru. dalam Rapat Paskah yang dihadiri penduduk lokal di Papua bagian utara pada perbuatan gaib atau tindakan
Pemberian subsidi kepada sekolah- sejumlah besar para kepala kampung yaitu di Bonggo, Sarmi, dan Sentani pelanggaran susila (Sinaga, 2013).
sekolah zending di Papua dilakukan di Waibrombano pada 1931, pendeta tidak lagi tertarik pada seni ukir kayu.
sejak 1911. Pada 1916 di Manokwari secara terbuka melarang pelaksanaan Penyebab lainnya dapat ditemukan Meskipun para zendeling telah
ada enam sekolah rendah milik zending tarian di kampung-kampung. Para guru pada kenyataan bahwa sebuah membuka sekolah pengadaban,
yang menerima subsidi dari pemerintah merampas tifa (alat musik penduduk kampung sebelum menjadi Kristen wajib pertumbuhan jemaat gereja sangat
(Sinaga, 2013). asli Papua) pada saat pesta tarian adat. untuk menyerahkan semua patung lamban. Hal ini terbukti ketika
Selain pelarangan tarian, para zending yang dimilikinya kepada pendeta. Pemerintah Kolonial Belanda
Pada awalnya para guru yang bertugas dan guru dalam melaksanakan karya Patung yang diserahkan itu dibakar menegakkan kekuasaannya Papua
di sekolah-sekolah, yang dikelola penginjilannya juga melenyapkan seni dalam sebuah upacara. Kadang ada dengan membuka kantor pemerintahan
zending, adalah warga biasa yang tidak ukir kayu dan seni hias karena mereka juga patung-patung yang dibawa oleh di Manokwari pada 1898, orang Papua
memiliki pendidikan khusus, namun menganggap karya seni tersebut pendeta. Perlakuan para zending dan yang menjadi Kristen di Manokwari
diberi wewenang untuk mengelola berkaitan erat dengan kebiasaan guru-guru itu menyebabkan budaya berjumlah 260 orang. Pertumbuhan
sekolah berdasarkan pernyataan animisme/kekafiran di kalangan asli Papua hanya sedikit yang tersisa jemaat Kristen di Papua dipengaruhi
kemampuannya untuk mengajar di penduduk lokal. Misalnya, peluit bahkan terancam punah. Pemerintah kehadiran pemerintah kolonial Belanda
sekolah tersebut. Para guru tidak karawari yang sering menjadi simbol kolonial menyadari bahwa tindakan di wilayah itu. Kehadiran pemerintah
25
25 P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA P PAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSAAPUA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA 2599
2588