Page 25 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 25

rumahan. Masalahnya, di dunia yang sebenarnya, nilai akumulasi
               uang ratusan tahun sejak ditemukan, jumlahnya triliunan dolar,
               tidak  terbayangkan.  Kau  tahu,  Julia,  berapa  total  utang  negara

               kita?  Hanya  seratus  dua  puluh  miliar  dolar,  kecil  sekali  di-
               bandingkan akumulasi uang dunia yang berjuta kali lipat, hanya
               nol koma nol nol. Uang-uang itu hanya dimiliki nol koma dua
               persen penduduk bumi, yang terus rakus menelan sumber daya.
               Uang  itu  butuh  tempat  bernaung.  Mereka  sudah  punya  mobil,
               rumah, berlian, pesawat pribadi, dan pulau pribadi. Mereka juga
               sudah  membeli  hutan  jutaan  hektar  di  Afrika,  Asia,  dan
               Amerika Selatan. Karena itu, mereka ciptakanlah berbagai pro-
               duk keuangan untuk menampungnya. Tidak puas mendapatkan
               lima  persen  bunga  bank,  mereka  menyerbu  ke  obligasi  dan
               saham.  Tidak  puas  juga,  mereka  menyerbu  ke  komoditas  dan
               transaksi  derivatif  yang  semakin  rumit.  Uang  itu  seperti  ratu
               lebah yang beranak setiap hari, terus tumbuh, serakah. Uang itu
               butuh  tempat  untuk  berkembang  biak,  persis  seperti  mutasi
               genetik tidak terkendali.
                  ”Padahal  kita  lupa,  semua  hanya  kertas,  bukan?  Secara  riil,
               kekayaan dunia tidak berubah sejak uang pertama kali ditemu-
               kan. Jumlah cadangan emas yang menjamin uang hanya itu-itu

               saja. Kau tadi bertanya apa? Julia, aku tidak peduli kemiskinan,
               peduli  setan,  karena  daya  rusaknya  itu-itu  saja,  busung  lapar,
               kurang gizi. Tetapi kekayaan, daya rusaknya mengerikan. Bahkan
               uang  yang  berlimpah  itu  membuat  orang  tidak  peduli  wabah,
               kelaparan, perusakan alam, dan tragedi kemanusiaan lainnya.
                  ”Kau pernah kuliah ekonomi, bukan?” Aku diam sejenak, me-
               natap  wajah  gadis  di  depanku  yang  matanya  membulat,  masih
               mengunyah kalimatku. ”Aku pernah, lima belas tahun lalu. Salah

                                           23




       Isi-Negeri Bedebah.indd   23                                  7/5/2012   9:51:07 AM
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30