Page 162 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 162

bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi. Maka aku memutuskan membuat hati yang

               baru. Ya, hati yang benar-benar baru.”


               Alysa memberanikan diri mengangkat wajahnya, cemas mendengar intonasi suaraku.


               “Maafkan aku Alysa, aku sudah menikah. Bukan dengan seseorang yang amat aku cintai,

               aku  inginkan.  Tetapi  setidaknya  ia  bisa  memberikanku  sepotong  hati  yang  baru.

               Maafkan aku. Kau lihat. Ini cincin pernikahan kami, batu giok.” Aku menelan ludah.


               Hening sejenak. Alysa mematung.


               Aku mengangkat bahu.



               Alysa menyeka ujung-ujung matanya. Mengangguk pelan. Ia tahu persis itu simbol batu
               tanggal kelahiranku. Malam ini semua sungguh terasa menyesakkan. Gadis itu beringsut

               berdiri dari tempat duduknya, beranjak pergi. Aku menatap punggungnya hilang dari

               balik pintu rumah makan.


               Maafkan aku Alysa, aku berbisik pelan menatap selimut gelap lautan. Melepas cincin itu.
               Ini  bukan  cincin  milikku.  Ini  kepunyaan  adikku--yang  juga  menyukai  batu  giok.  Ada

               gunanya juga memutuskan mengenakan cincin ini sebelum bertemu dengan Alysa. Aku

               belum menikah. Aku selalu mengharapkan kau kembali. Selalu. Hingga detik ini. Bahkan
               minggu-minggu pertama kau pergi aku tega berharap dan berdoa Tuhan menakdirkan

               pria itu bernasib malang.


               Tetapi malam ini, ketika melihat wajah sendumu, mata sembabmu, semua cerita tidak

               masuk akal itu, aku baru menyadari, cinta bukan sekadar soal memaafkan. Cinta bukan
               sekadar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas

               sempurna.


               Jika  kau  memahami  cinta  adalah  perasaan  irrasional,  sesuatu  yang  tidak  masuk  akal,

               tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. Kau

               dengan  mudah  membenarkan  apapun  yang  terjadi  di  hati,  tanpa  tahu,  tanpa
   157   158   159   160   161   162   163   164   165