Page 159 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 159

mendapatkan  seseorang  yang  tiba-tiba  muncul,  amat  memesona  itu.  Berharap  cinta

               hebat yang tumbuh mendadak yang menang, membenarkan alasan si calon mempelai
               perempuan. Akui sajalah, kita selalu membela cinta model ini.



               Itulah yang terjadi denganku. Persis lima hari sebelum kami menikah, Alysa bertemu
               dengan pria gagah itu. Dalam sebuah pertemuan yang mengesankan. Aku tidak peduli di

               mana, kapan, dan entahlah pertemuan itu terjadi. Tidak peduli. Sama tidak pedulinya

               siapa sesungguhnya pemuda itu. Yang pasti dia meremukkan seluruh kenangan indahku
               bersama  Alysa.  Menghancurkan  kedekatan  kami  ,  keluarga  kami,  dan  sebagainya

               dengan lima hari pertemuan. Ya Tuhan, bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi?


               Sungguh lelucon cinta yang tidak lucu.



               ”Maafkan aku.” Alysa berkata pelan, ”Aku, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”


               Astaga? Setelah bilang dia tidak bisa melanjutkan rencana pernikahan kami, Alysa juga

               tidak  tahu  apa  yang  sedang  terjadi?  Ini  bencana  besar,  jika  tidak  baginya,  tapi
               setidaknya bagi dua keluarga yang sudah menyiapkan banyak hal.


               ”Aku,  aku  mencintainya.”  Alysa  menghela  nafas,  ”Kau  tahu,  akan  terasa,  akan  terasa

               menyakitkan kalau kita tetap menikah dengan kenyataan aku mencintainya.”


               Ya Tuhan? Dia mencintainya hanya dengan pertemuan lima hari?



               ”Maafkan  aku....”  Suara  Alysa  bergetar,  ”Kau  tahu,  itu  seperti  cinta  pertama  pada
               pandangan pertama. Aku, aku pikir semua rencana pernikahan kita keliru.”


               Debur ombak menghantam cadas terdengar bagai lagu penuh kesedihan. Bukan, bukan

               karena semua ini tidak aku mengerti yang membuatku sakit hati. Bukan karena tiba-

               tiba,  bukan  kenapa  harus  terjadi  lima  hari  sebelum  pernikahan  kami.  Aku  juga  tidak
               mampu membenci pria itu. Apa salahnya? Aku tahu, selalu ada bagian yang tidak masuk

               akal  dalam  perjalanan  cinta.  Tetapi  lebih  karena,  lihatlah,  percakapan  ini,  aku  tahu
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164