Page 156 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 156

8.  Sepotong Hati Yang Baru






               Aku menghela nafas perlahan, bertanya perlahan, berusaha memutus suasana canggung

               lima menit terakhir, “Apa kau baik-baik saja?”


               Alysa mengangkat kepalanya, mengangguk.


               “Apa kau baik-baik saja,” Alysa balik bertanya pelan.



               Aku tertawa getir. Menggeleng.


               Diam sejenak. Sungguh hatiku tidak baik-baik saja.


               Bulan purnama menggantung di angkasa. Senyap? Sebenarnya tidak juga. Suara debur

               ombak menghantam cadas di bawah sana terdengar berirama. Tetapi pembicaraan ini
               membuat sepi banyak hal. Hatiku. Mungkin juga hati Alysa. Rumah makan yang terletak

               persis  di  jurang  pantai  eksotis  ini  tidak  ramai.  Hanya  terlihat  satu  dua  pengunjung,

               membawa keluarga mereka makan malam. Bukan musim liburan, jadi sepi. Kami duduk
               berhadapan di meja paling pinggir. Menyimak selimut gelap lautan di kejauhan.



               “Maafkan aku.” Alysa menggigit bibir. Tertunduk lagi.


               Aku menatap wajahnya lamat-lamat.


               “Tidak ada  yang perlu dimaafkan. Semua sudah berlalu. Tertinggal jauh di belakang.”

               Aku  menelan  ludah.  Berusaha  menjawab  bijak—aku  tahu  itu  bohong,  pura-pura

               bijaksana.


               Hening lagi sejenak.


               ”Sungguh maafkan aku,” Alysa menyeka sudut-sudut matanya, ”Aku tidak pernah tahu

               akan seperti ini jadinya.”
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161