Page 152 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
        P. 152
     Engtay mencengkeram baju kebesaran Sampek.
               “Kau lihat ini! Lihat ini!” Engtay melepas kerah yang menutupi lehernya, menunjukkan
               kemilau liontin yang baru saja dikenakannya. Liontin Permaisuri Dinasti Chin.
               Maka  terjadilah  kerusuhan  itu.  Benar-benar  celaka.  Semua  orang  tahu  Dinasti  Chin
               adalah dinasti yang ditaklukkan Dinasti Tang puluhan tahun silam. Orang-orang selatan
               yang  memberontak  juga  pendukung  dinasti  masyhur  tersebut.  Putra  Mahkota
               mendadak beringas saat mengenali liontin itu. Apalagi saat melihat mendadak Engtay
               berusaha memeluk kaki pemimpin pemberontak di hadapan mereka.
               “Apa yang kau lakukan, perempuan hina!” Putra Mahkota menarik tubuh Engtay. Kasar
               sekali.
               Engtay  terjerambab  jatuh.  Ia  mengaduh,  tapi  yang  keluar  dari  mulutnya  hanya  desis
               nama Sampek.
               “Kenapa kau memakai liontin terkutuk ini? Apa kau bagian dari pemberontak? JAWAB!”
               Putra Mahkota berteriak kalap. Mengguncang tubuh Engtay.
               Engtay malah berusaha merangkak kembali memeluk kaki Sampek. Putra Mahkota yang
               marah dan tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi mendadak menghunus
               pedangnya. Tanpa berpikir panjang menusuk tubuh Engtay begitu saja. Darah mengalir
               di depan singgasana raja.
               Darah mengalir….
               Sampek yang sejak tadi berusaha tidak menatap wajah Engtay terkesiap. Sampek yang
               sejak awal berusaha mengabaikan Engtay terperangah. Wajah Engtay yang bergelung di
               dekat  kakinya  terlihat  amat  kesakitan.  Meringis.  Pedang  itu  sempurna  menembus
               perutnya.
               Sampek berseru tertahan.





