Page 153 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
        P. 153
     “Bunuh mereka!” Putra Mahkota berteriak kalap.
               Maka dalam sekejap pendekar bayaran  yang berbaris  di  depan  Raja Tang merangsek
               menyerbu.  Juga  ribuan  prajurit  lainnya.  Aula  Singgasana  berubah  kacau-balau.  Rahib
               Penjaga  Pagoda  dan  belasan  rahib  suci  lainnya  buru-buru  membentuk  lingkaran
               melindungi Sampek yang gemetar berusaha memeluk tubuh Engtay.
               Pertempuran dahsyat itu terjadi. Salah seorang rahib suci menembakkan kembang-api
               ke  angkasa.  Dua  ratus  ribu  pasukan  pemberontak  yang  bersiap  di  gerbang  ibukota
               menunggu  hasil  perundingan  tahu  apa  yang  telah  terjadi  di  Istana  Terlarang  demi
               melihat  letupan  kembang  api  tersebut.  Mereka  serentak  menyerbu.  Kacau-balaulah
               ibukota  malam  itu.  Penduduk  kota  yang  mendukung  pemberontakan  ikut  melawan.
               Membakar barak-barak prajurit, rumah-rumah petinggi dan keluarga kerajaan. Ibukota
               memerah!
               Semerah hati Sampek saat ini.
               ”Kaukah  itu  Sampek?”  Engtay,  berbisik  lirih,  menahan  rasa  sakit,  darah  membanjiri
               pakaian puterinya.
               “Iya, ini aku, Engtay. Ini aku..” Sampek mendesis tertahan, berusaha membantu Engtay
               duduk.
               Luka lama itu sempurna menganga kembali.
               “Aku tahu. Kau pasti akan kembali, Sampek…. Aku tahu kau pasti akan menjemputku.”
               Mulut  Engtay  bergetar.  Mencoba  tersenyum.  Mata  Engtay  berbilur  air  dan  darah.
               Perutnya bersimbah darah. Tersengal. Satu-dua.
               Dua  rahib  suci  terpental  terkena  pukulan  Sejuta  Cahaya  Rembulan.  Lingkaran  yang
               dipimpin Rahib Penjaga Pagoda untuk melindungi Sampek semakin terdesak. Pendekar
               paling  ternama  saat  itu  di  daratan  China,  Ketua  Partai  Bulan-Anggrek  yang  amat





