Page 155 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 155

Saat  itulah  serunai  kesedihan  yang  memilukan  hati,  membekukan  seluruh  perasaan

               mengungkung  ibukota.  Benar-benar  nyanyian  yang  mengiris-iris  perasaan.  Membuat
               kaki gemetar. Membuat kerongkongan kering. Melenguh tak terkatakan. Pukulan Sejuta

               Cahaya Rembulan yang sejengkal lagi menerpa Sampek musnah seketika.


               “Delapan  Belas  Naga  Surga.”  Rahib  Penjaga  Pagoda  yang  masih  bertahan  mendesah

               gentar. Lututnya gemetar demi menyaksikan kehebohan yang sempurna menghentikan

               seluruh gerakan.


               Keliru!  Penjaga  Pagoda  sungguh  keliru.  Malam  itu,  Sampek  bukan  hanya  memanggil

               delapan  belas,  tapi  seratus  Naga  Surga.  Seratus  Naga  Surga  yang  melesat  turun  dari
               langit.  Seratus  cahaya  putih  yang  membentuk  siluet  naga  berkemilauan  tiada  tara.

               Begitu  besar.  Begitu  menggetarkan.  Begitu  hebat.  Hati  Sampek  sempurna  tercabik

               seratus bagian, menyisakan kepingan kesedihan tak-terkatakan.


               Lihatlah!  Sampek  mengambang  dengan  wajah  pilu  di  atas  singgasana  raja.  Memeluk

               tubuh  membeku  Engtay.  Tubuh  kekasih  hatinya  yang  bersimbah  darah.  Tubuh
               sepotong-jiwanya yang sedang hamil tua.


               Dan hanya sekejap pertunjukan hebat itu berlangsung. Seratus Naga Surga dengan buas

               melesat ke bumi. Menerabas hati siapa saja yang kelam malam itu. Menerabas hati siapa

               saja  yang  mencintai  kejahatan  dan  kebencian.  Sedetik  berlalu.  Seratus  ribu  pasukan
               kerajaan  di  halaman  Istana  Terlarang  jatuh  bagai  pohon  lapuk.  Tidak  bernyawa.

               Ratusan  pendekar  di  aula  singgasana  luruh.  Ketua  Partai  Bulan-Anggrek.  Raja  Tang.

               Putra Mahkota. Ribuan prajurit kerajaan di gerbang ibukota. Semuanya musnah dalam
               sekejap.


               Malam itu, legenda Naga Surga akan dikenang sepanjang masa. Malam itu, Sampek yang

               menatap  kosong  membawa  pergi  tubuh  dingin  Engtay  ke  Padang  Rumput  Kwa  Loon.

               Menyepi  hingga  maut  menjemputnya.  Dan  orang-orang  mulai  melupakan  betapa
               legenda itu pernah ada.

                                                           ***
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160