Page 526 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 526

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                yang  sebagian  besar  telah  mengetahui  bahwa  kemerdekaan  telah
                diploklamirkan  17  Agustus  1945  di  Jakarta,    spontan  mendukung  RI
                dengan bimbingan dari tokoh-tokoh pergerakan setempat.
                        Setelah  berlalu  peristiwa  10  Januari  1946,  maka  NICA
                mengambil sikap lunak dan simpatik terhadap usul Comite van Initiatief
                (Badan  Penyalur  Kehendak  Rakyat)  supaya  jiwa  pemuda  Indonesia
                dipahami,  maka  daerah  Minahasa  dan  Manado  dibentuk  suatu
                oraganisasi  penggabungan  kaum  muda,  yang  terdiri  dari  pelbagai
                golongan: Pemuda Kristen, Pemuda Katolik, Pemuda Islam dan Pemuda
                Nasionalis,  masing-masing  dalam  tingkatan-tingkatan  ranting,  cabang
                dan pusat. Untuk menyukseskan konsepsi ini, maka dengan sendirinya
                pemuda-pemuda BPNI yang ditahan harus dilepaskan untuk disalurkan
                melalui organisasi yang dikehendaki NICA.
                        Dalam  rapat  pembentukan  PIM  ini  telah  dibacakan  surat
                pesanan dari Dr. G.S.S.J. Ratulangi, yang menyerukan agar pemimpin-
                pemimpin  rakyat  menjauhkan  dari  pikiran  dan  tindakan  provinsialistis.
                Beliau menyebutkan diri ―Orang Indonesia dan Bukan Orang Minahasa‖.
                Dalam  Kongres  pemuda  di  Kinilow,  delegasi  pemuda  menyiapkan
                rencana  untuk  mengadakan  massa  aksi  untuk  mengacaukan  jalannya
                rapat.  Namun  maksud  utama  pembentukan  PIM  ialah  memelihara
                kesiapan pemuda dalam rangka menggulingkan kekuasaan NICA itu di
                daerah ini.
                        Kongres  pemuda  di  Kinilow  pada  tanggal  9  Februari  1946
                berlangsung  dalam  suasana  tegang.  Ds  Wim  Rumambi  ditetapkan
                untuk  memimpin  kongres,  NICA  amati  jalannya  rapat,  gedung
                pertemuan  penuh  sesak  dengan  utusan  tiap  cabang,  massa  BPNI/PIM
                bercampuur  dengan  pelbagai  utusan.  Pada  saat  struktur  organisasi
                dibacakan,  suasana  berubah  mendadak  dan  lahirlah  dua  pihak  yang
                bertentangan.

                        Chris Pontoh berbicara atas nama BPNI/PIM, menolak bentukan
                organisasi yang dipimpin oleh suatu badan yang bersifat penggabungan.
                Pada  saat  lagu  Indonesia  Raya  dinyanyikan  bersama,  separuh  hadirin
                mendengungkan  ―Indonees-Indonees  mulia-mulia‖  sedang  yang  lainnya
                meneriakkan:  Indonesia  Raya,  merdeka-merdeka‖.  Kongres  terpaksa



                514
   521   522   523   524   525   526   527   528   529   530   531