Page 539 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 539
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Bidang sosial dan ekonomi juga mengalami keterpurukan dan
masyarakat sangat melarat karena dijadikan Romusha dan pekerja paksa.
Rakyat disiksa dan dihukum diluar perikemanusiaan, termasuk kaum
13
perempuan. Di bidang pendidikan, sekolah tidak berjalan sebagaimana
mestinya dan dijadikan alat propoganda Jepang. Bahasa Jepang
digunakan baik di sekolah-sekolah maupun kantor-kantor, para pemuda
diwajibkan mengikuti latihan milter. Masyarakat Maluku baik di utara
tengah dan Tenggara diwajibkan mengikuti budaya Jepang melalui
sikap, cara berpakaian dan menghormati bendera dan menyanyikan
laku kebangsaan Jepang. Di bidang keagamaan, masyarakat dibatasi
dan diawasi bahkan banyak pendeta yang ditangkap dan dibunuh
termaksuk bagian dakwah Islam tidak dapat berfungsi. Para intelektual
yang dianggap berbahaya ditangkap dan dibunuh sehingga
mempengaruhi hubungan antara Maluku dan dunia luar. Penggunaan
radio sangat diawasi kecuali yang berhubungan dengan upaya yang
14
dicapai meraih kemenangan Jepang.
Sementara selama itu, gerakan kemerdekaan dilakukan secara
sembunyi, yaitu melalui gerakan bawah tanah dan melalui mata-mata
sekutu untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Hubungan
kelompok pergerakan Ambon dengan tokoh pergerakan nasionalis di
Jawa semakin sulit sebagai akibat dari ketatnya pengawasan pasukan
Jepang.
9.4. Reaksi Warga Maluku di Luar Maluku terhadap Proklamasi 17
Agustus 1945
Situasi di Maluku mulai mengalami masa transisi menyusul
kekalahan Jepang atas Sekutut pada 15 Agustus 1945. Berita proklamsi
17 Agustus 1945 di Maluku mencapai para pemuda dan rakyat di
Maluku melalui radio dan dan surat kabar. Mr J. Latuharhary yang
sebelumnya adalah anggota BPUPKI (Badan Persiapan Umum
Kemerdekaan Indonesia) diangkat presiden sebagai gubernur Maluku
dengan kantornya berpusat di Jakarta melakukan berbagai upaya agar
berita proklamasi ini dapat didengar dan dipahami rakyat Maluku di
berbagai tempat termasuk di Maluku.
Dalam rapatnya di rumah, Mr. J. Latuharhary pada 8 Oktober
1945, angkatan Pemuda Indonesia menegaskan sikapnya sebagai berikut:
―Perserikatan Pemoeda Ambon membentoek barisan jang aktip serta
527