Page 17 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 17
12 | Fikrul Hanif Sufyan
ti rapat yang menghasilkan tiga putusan 1928), dan anggota Volksraad (1927-1931)
penting, di antaranya menerbitkan pers (Etek, Mursyid, Arfan, 2007).
(Noer, 1996: 57-59). Meskipun telah lama bekerja den-
gan pemerintah Hindia Belanda, Datuk
Perdamaian, Penyiar Pendidikan di Kayo gelisah dengan kebijakan ordonasi
Thawalib School Padang Panjang guru yang banyak diprotes orang Minang.
“Tuan voorzitter! Tatkala saja di Sumatra’s
Surat kabar Perdamaian merupakan su- Westkust, ramai benar dalam kerapatan
rat kabar terbitan Hoofdbestuur Sumatra dibicarakan oleh guru-guru agama Islam,
Thawalib dan berkantor di Fort de Kock. tentang maksud goeroe Ordonantie”. de-
Dibandingkan Pemandangan Islam, Dja- mikian awal protes dari Datuk Kayo.
go! Djago!, surat kabar Perdamaian ter- Datuk Kayo mengklaim, hampir
bilang singkat terbitnya, yakni empat edisi seluruh peserta rapat asal Minang menyu-
dari 10 Januari sampai Maret 1929. arakan protes, mengapa para guru agama
harus mengantongi izin dari pemerintah,
a. Perdamaian 10 Januari 1929: Menyu- untuk menyiarkan Islam?. Meskipun pe-
arakan Protes Ordonansi Guru dan Mem- merintah berdalih, kebijakan itu untuk
berita-kan Sumatra Thawalib menjaga ketentraman negeri, dan mem-
Edisi pertama majalah Perdamaian batasi jumlah orang yang menyiarkan Is-
dirilis tanggal 10 Januari 1929. Majalah lam, tetap saja kebijakan itu dianggap
ini di edisi awalnya memberitakan protes menghina kualitas dan kredibilitas guru
terhadap Ordonansi Guru, memberitakan agama.
seputar Sumatra Thawalib yang membuka Selain itu, Datuk Kayo juga menyuara-
pendaftaran untuk siswa baru, dan seputar kan protes guru agama, karena pemerintah
artikel singkat mengenai makna pendi- Hindia Belanda telah mencampuri inter-
dikan. nal pembelajaran agama Islam. Mereka
“Engkoe Datoek Kajo dan Goeroe juga menentang kebijakan register khusus
Ordonantie” adalah berita pertama yang kepada guru-guru agama Islam, yang tel-
diturunkan Perdamaian di halaman satu. ah mendaftarkan diri kepada pemerintah.
Di depan Volksraad, Jahja Datuk Kayo “Bagaimana kebijakan pemerintah dalam
di depan perwakilan rakyat ala Belanda menjalankan aturan Ordonantie ini terha-
itu, memprotes keras kebijakan yang tel- dap guru-guru agama Islam di Minangka-
ah dipatenkan pemerintah sejak 1925 itu. bau?” tanya Datuk Kayo di depan Volks-
Datuk Kayo adalah tokoh masyarakat asal raad.
Koto Gadang Agam, yang memulai karirn- Dalam berita tersebut, juga dinukil
ya sebagai pegawai Belanda. Dimulai se- openbaar vergadering 19 Agustus 1928
jak 1888, ia magang di kantor Residen yang dilaksanakan di depan Madrasah
Padangsche Bovenlanden, sebagai juru Djamil Djambek Bukittinggi. Pertemuan
tulis magang di kantor Controleur Agam itu digelar sekolah dan guru agama Islam,
(1892-1895), dan Demang di Payakum- yang memprotes kebijakan Ordonansi
buh (1915-1918), Padang Panjang (1919- Guru. Dalam rapat umum itu dihasilkan
Jurnal Sejarah