Page 9 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 9

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern











                                       P E N D A H U L U A N






                                          PENGANTAR :
                       SEJARAH PEMIKIRAN INDONESIA MODERN


                Sejarah: sistem keilmuan, rekonstruksi peristiwa, wacana
                        Ketika  kedudukan  politiknya  telah  mulai  goyah  Presiden
                Sukarno    menyampaikan  pidato  dengan  judul  yang  boleh  dikatakan
                bernada filosofis juga , “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. (Agustus
                1966)  Sebuah judul yang memikat, memang, hanya saja terlepas dari isi
                dan  pesan  pidato  diucapkan  di  hari  Proklamasi  itu,  timbul  juga
                pertanyaan “apakah peringatan seperti  ini perlu?” Bukankah seseorang,
                sebagai  anggota    masyarakat,  tidak  bisa  dan  bahkan  tidak  mungkin
                meninggalkan  sejarah?  Bukankah  ia  adalah  bagian  dari  dinamika
                sejarah?  Bukankah  sejarah    praktis  berarti  percikan  kejadian  dalam
                untaian  dan  jalinan  kehidupan  sosial  dalam  perjalanan  waktu?    Atau,
                jika  maknanya  hendak  dipersempit,  bukankah  sejarah  bisa  juga
                dipahami  sebagai  letupan    kejadian  dan  peristiwa  yang  dialami
                masyarakat  dalam  arus  perjalanan  kehidupannya?  Karena  itulah
                percikan-percikan  sejarah  itu  biasa  juga  teringat  ataupun  tercatat  dan
                malah  sering    meninggalkan  bekas.  Jika  begini  halnya  maka  bisa  juga
                dikatakan bahwa  hanya orang  yang   menghindar dari kehidupan sosial
                yang  mungkin  dapat  “meninggalkan  sejarah”.  Hanya  ia  yang
                membiarkan  dirinya  dalam  kesendirian  yang  mungkin  terlepas  dari
                belitan sejarah. Tetapi apakah mungkin  kehidupan  terlepas secara total
                dari belitan ikatan sosial yang “mensejarah” itu?



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   1
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14