Page 98 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 98
membatalkan kedatangannya ke Surabaya karena Sekutu hanya dibolehkan berada pada radius
kehadiran mereka tidak diperlukan. Pemerintah 800 meter dari pelabuhan. Keempat, untuk
Jawa Timur menyatakan akan menyelesaikan memperlancar komunikasi antara Sekutu dan
urusan bekas tahanan perang dan tentara Jepang Republik, dibentuk biro kontak yang beranggotakan
secepatnya. Di sisi lain, pemerintah pusat di perwakilan kedua belah pihak.
Jakarta yang tengah membangun posisi tawar
dengan Inggris menyarankan kepada Pemerintah Kendati rawan dilanggar, kesepakatan tersebut
Jawa Timur untuk menyambut baik kedatangan disiarkan secara luas oleh Radio Surabaya dan
tentara Inggris. Situasi di Surabaya dan kebijakan disambut baik oleh semua pihak. Kekhawatiran
pemerintah RI membuat dilema bagi Gubernur pelanggaran kesepakatan tersebut akhirnya
Soerjo. Di satu sisi, ia harus bersikap tegas terjadi saat Komandan Pasukan Inggris, Mallaby,
terhadap pasukan Inggris dan Belanda di sisi lain memerintahkan pasukannya untuk menduduki
ia juga harus menaati kebijakan pemerintah pusat. dua puluh titik strategis di dalam kota Surabaya,
khususnya kesepakatan terkait radius yang boleh
Sebenarnya Gubernur Soerjo telah mendelegasikan dikuasai oleh pasukan Inggris.Bahkan, ketika
Jenderal Mayor drg. Moestopo, Ketua Badan pemerintah Republik di Jawa Timur tengah
Keamanan Rakyat Jawa Timur, untuk menghadiri membangun kesepakatan dengan Mallaby, diam-
perundingan dengan pihak Sekutu, tetapi diam pasukan Inggris di Surabaya menerima
perundingan tersebut tidak terlaksana. Kendati perintah baru dari Mayor Jenderal Douglas
gagal, Gubernur Soerjo kembali mengutus Hawthorn (Komandan Tentara Inggris untuk Jawa,
Komisaris Polisi Mr. Masmuin, Inspektur Polisi Madura, Bali, dan Lombok) untuk secepatnya
Mohammad Jasin, dan T.B. Kundan. Pada menduduki Surabaya secara militer.
perundingan yang dilangsungkan 26 Oktober 1945,
pihak Inggris/Sekutu bersedia untuk datang ke Mallaby yang telanjur menempuh jalan diplomasi
kantor gubernur dan berunding dengan Gubernur tampak gamang. Dalam situasi itu tiba-tiba
Soerjo. Kedua belah pihak berhasil menyetujui sebuah pesawat melayang-layang di langit
empat kesepakatan. Pertama, Sekutu mengakui Surabaya. Pesawat milik Angkatan Udara Kerajaan
keberadaan Republik Indonesia sebatas distrik Inggris itu menyebarkan ribuan pamflet ancaman
Surabaya. Kedua, Sekutu tidak akan membawa pada 24 Oktober 1945. Tindakan tentara Inggris
masuk pasukan Belanda dan tidak ada pasukan dan Sekutu jelas menimbulkan sentimen negatif
Belanda yang disusupkan pada pasukan Inggris masyarakat Surabaya, terutama arek-arek muda
yang mendarat di Surabaya. Ketiga, pasukan yang tersulut semangat juangnya.
Gedung Grahadi, kantor Gubernur Pertama Jawa Timur yang sekarang menjadi rumah dinas. Dok. Direktorat Sejarah, 2019.
84
84 ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA
A