Page 151 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 151

Toponim Kota Yogyakarta   133











                  3. Kampung Ratmakan


                  Kampung yang berada di sisi barat bantaran Kali Code ini sebelumnya bernama Ledok
                  Ratmakan. “Ledok” berasal  dari kata “lêdhok” dalam  Bahasa  Jawa  yang  artinya  lêgok
                  amba tmr. lêmah atau cekungan lebar pada tanah (Poerwadarminta, 1939). Ditinjau dari
                  lokasinya, ia diapit oleh dua dataran yang lebih tinggi di sisi timur dan baratnya sehingga
                  seolah berada di atas suatu cekungan tanah atau lembah. Kampung Ledok Ratmakan
                  terletak di dataran rendah dengan ketinggian 114 mdpl. Sebagian masyarakat percaya
                  bahwa dahulu di sini pernah tinggal orang Belanda bernama  Ratmakers sehingga
                  kampung ini dinamakan Ledok Ratmakan.


                  Keadaan geografis kampung yang berupa lêdhokan dan letaknya yang ada di pinggiran
                  Kali Code riskan terjadi banjir apabila hujan deras mengguyur dalam waktu yang lama.
                  Dari penelusuran surat kabar berbahasa Belanda, diketahui bahwa kampung ini pernah
                  dilanda banjir dahsyat pada awal abad ke-20. Koran Bataviaasch Nieuwsblad (No. 70,
                  Tahun ke-23, 24 Februari 1908: 6) dalam salah satu artikelnya memberitakan bahwa
                  pada tanggal 20 Februari 1908 telah terjadi banjir besar di Yogyakarta yang menewaskan
                  sejumlah penduduk serta merobohkan dan menghanyutkan sekitar seratus rumah di
                  sepanjang Sungai Code. Tak sedikit orang Pribumi dan Eropa yang harus dievakuasi
                  keluar. Sejak jam  setengah delapan  hingga  menjelang  jam sembilan  malam  hujan
                  deras disertai dengan hujan es turun menyebabkan banjir. Bencana Kamis malam itu
                  diklaim sebagai banjir terparah yang pernah terjadi di Yogyakarta. Berikut ini adalah
                  sebagian gambaran peristiwa banjir tersebut sebagaimana yang dikutip dari Bataviaasch
                  Nieuwsblad (No. 70, Tahun ke-23, 24 Februari 1908: 6):

                      “De kampongs Ledok Ngebraman, Ledok Mendoeran, Ledok Ratmakan, Saidan en
                      Gondhomanan zijn gedeeltelijk in ruïnes veranderd. … Tegen negen uur kwam er
                      plotseling een bandjir aanzetten waardoor honderden woningen in de zoogenaamde
                      ledoks bedreigd werden. De bewoners dier huisjes begrepen dat er gevaar op handen was
                      en trachtten dus te vluchten, doch de bandjir was op eens zoo in hevigheid toegenomen
                      dat er niet aan te denken viel om, door stroom-opwaarts gelegen uitgangen, naar do
                      zooveel hooger gelegen straat te vluchten. Het was dus in die ledoks een sauve qui peut
                      onder een paniek, zoo groot als men zich die maar kan denken.”


                  Terjemahan bebasnya:  “Kampung Ledok  Ngebraman, Ledok Mendoeran, Ledok
                  Ratmakan, Saidan dan Gondhomanan sebagian telah berubah menjadi reruntuhan. ...
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156