Page 126 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 126
84
terjemahan literal mengenai sumber-sumber agama. Pernyataan tersebut, pada
dasarnya Muhammad Abduh mengajak kita untuk berpikir kreatif dan melarang kita
berdiam diri dengan keadaan yang ada. Ia mengajak untuk melakukan ta‟wil terhadap
nash-nash Al- Qur'an yang tidak bisa kita pahami. Ia juga menegaskan lewat buku-
bukunya agar memisahkan pemahaman tentang eksistensi dan karakter ajaran agama
yang seutuhnya dengan hasil pemikiran orang-orang yang hanya mengaku dirinya
85
sebagai agamawan. Kelihatannya Abduh lebih berhati-hati terhadap penafsiran yang
mengada- ada (tidak rasional) terhadap agama.
Oleh karena itu, menurut Muhammad Abduh, akal dapat mengetahui beberapa hal
sebagai berikut :
a. Tuhan dan sifat-sifat-Nya. Keberadaan hidup di akhirat.
b. Kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada upaya mengenal Tuhan dan
berbuat baik, sedangkan kesengsaraannya bergantung pada sikap tidak
mengenal Tuhan dan melakukan perbuatan jahat.
c. Kewajiban manusia mengenal Tuhan.
d. Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiaan di akhirat.
86
e. Hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
Bagi Muhammad Abduh, akal mempunyai daya yang kuat. Akal dapat
mengetahui adanya Tuhan dan adanya kehidupan dibalik kehidupan dunia ini. Dengan
akal, manusia dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan, kebaikan
87
adalah dasar kebahagiaan dan kejahatan adalah dasar kesengsaraan di akhirat.
Tetapi, daya akal tiap manusia itu berbeda. Perbedaan itu, tidak hanya disebabkan
oleh perbedaan pendidikan, tapi juga perbedaan pembawaan alami, suatu hal yang
84
Ibid.
85 Abduh, al-Islam Din al-Ilmi wa al-Madaniyah diterjemahkan oleh Fadillah dan Muhammad
Abqorydengan judul Islam Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Madani, Jakarta : PT. Grafindo Persada,
2005, h. LXI
86 Nasution, Abduh op, cit, h. 53.
87
Barmawi, Sistem Pemikiran Teologi Muhammad Abduh, Makalah, t.k, tp., t.th.11
118