Page 129 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 129
Diambil dari kutipan tulisan Prof. Dr. Harun nasution : “Kekuasaan Tuhan
sebenarnya tidak bersifat mutlak lagi. Seperti terkandung dalam uraian Nadir,
kekuasaan mutlak Tuhan telah dibatasi kebebasan oleh yang menurut faham
Mu‟tazilah, telah diberikan kepada manusia dalam menentukan perbuatan dan
kemauan. Seterusnya kekuatan mutlak itu dibatasi pula oleh sifat keadilan Tuhan.
Tuhan tidak bias lagi berbuat sekehendak-Nya, Tuhan telah terikat terhadap norma-
norma keadilan yang kalau dilanggar membuat Tuhan bersifat tidak adil bahkan
zalim. Sifat serupa ini tidak dapat diberikan kepada Tuhan. Selanjutnya, kekuasaan
kehendak mutlak Tuhan di batasi oleh kewajiban-kewajiban Tuhan terhadap manusia
yang menurut faham Mu‟tazilah memang ada. Lebih lanjut lagi, kekuasaan mutlak itu
dibatasi pula oleh nature atau hokum alam (sunnah Allah) yang mengalami
perubahan.
Al jahiz mengatakan bahwa tiap-tiap benda mempunyai nature dan sifat sendiri
yang mempunyai efek tertentu menurut nature masing-masing. Lebih tegas Al
Khayyat menerangkan bahwa tiap benda memiliki nature tertentu dan tak dapat
menghasilkan kecuali efek yang itu-itu juga: api tidak dapat menghasilkan apa-apa
kecuali panas, dan es tak dapat menghasil apa- apa kecuali dingin. Efek yang
ditimbulkan tiap benda, menurut Mu‟ammar seperti gerak, diam, rasa, warna, bau,
panas, dingin, basah dan kering, timbul sesuai dengan nature dari masing-masing
benda tersebut. Sebenarnya efek yang ditimbulkan tiap benda bukan perbuatan Tuhan.
Perbuatan Tuhan hanyalah menciptakan benda-benda yang mempunyai nature
tertentu.
Dari tulisan seperti diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kaum Mu‟tazilah
percaya pada hukum alam atau sunnah Allah yang menganut pelajaran kosmos dan
demikian menganut faham determinisme. Dan determinisme ini bagi mereka, sebagai
kata-kata Nadir, tidak berubah-ubah sama dengan keadaan Tuhan yang juga tidak
berubah-ubah.
Sebagai penjelasan selanjutnya bagi faham sunnah Allah yang tak berubah-ubah
ini dan determinisme ini, ada baiknya dibawa di sini uraian Tafsir al-Manar. Segala
sesuatu di alam ini, demikian al Manar, berjalan menurut sunah Allah dan itu di buat
tuhan sedemikian rupa sehingga sebab dan musababnya mempunyai ubungan yang
erat, bagi tiap sesuatu Tuhan menciptakan sunnah tertentu. Umpama nya sunnah yang
121