Page 131 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 131
1) Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang menurut
pendapat mereka, ada pada manusia.
2) Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman bukan sewenang-wenang,
tetapi berdasarkan atas kemerdekaan manusia dalam
menggunakan daya yang diciptakan Tuhan dalam dirinya untuk
berbuat baik atau jahat.
3) Keadilan hukuman-hukuman Tuhan, sebagai kata al-Bayadii, tak
boleh tidak mesti terjadi.
Dalam pada itu kiranya di tegaskan bahwa yang menentukan batas-batasan itu
bukan zat selain Tuhan, karena di atas Tuhan tidak ada sesuatu zat apaun yang lebih
berkuasa.Tuhan adalah diatas segala-galanya. Batasan-batasan itu di tentukan pleh
Tuhan sendiri dan dengan kemaun- Nya sendiri pula.
c. Perspektif Asy‟ariyah
“Kaum Asy‟ariyah, karena percaya pada mutlaknya kekuasaan Tuhan,
mempunyai tendensi sebaliknya. Mereka menolak faham Mu‟tazilah bahwa Tuhan
mempunyai tujuan dalam perbuatan-Nya. Bagi mereka perbuatan Tuhan tidak
mempunyai tujuan, tujuan dalam arti sebab yang mendorong Tuhan untuk berbuat
sesuatu. Betul mereka akui bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan menimbulkan kebaikan
dan keuntungan bagi manusia dan bahwa Tuhan mengeahui kebaikan dan keuntungan
itu, tidaklah menjadi pendoong bagi Tuhan untuk berbuat.
Dalam menjelaskan kemutlakannya kekuasaan dan kehendak Tuhan ini, al-
Asy‟ari menuliskan dalam Al-Ibanah bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun, di
atas tuhan tidak ada zat lain yang dapat membuat hokum dan dapat menentukan apa
yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibuat. Tuhan bersifat absolute dalam
kehendak dan kekuasaan-Nya. Seperti kata al- Dawwani, Tuhan adalah Maha Pemilik
(al-Malik) yang bersifat absolute dan berbuat apa saja yang di kehendaki-Nya didalam
kerajaan-Nya dan tak seorangpun yang dapat mencela perbuatan-Nya. Yaitu, sungguh
pun perbuatan-perbuatan itu oleh akal manusia dipandang bersifat tidak baik dan tidak
adil.
123