Page 132 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 132

Dalam hubungan ini al-Baghdadi mengatakan bahwa boleh saja Tuhan melarang

                   apa yang telah diperintahkan-Nya dan memerintahkan apa yang telah dilarang-Nya.
                   Al-Ghazali  juga  berpendapat  yang  sama.  Tuhan  dapat  berbuat  apa  saja  yang

                   dikehendaki_nya, dapat memberi hukuman menurut kehendak-Nya, dapat menyiksa
                   orang baik jika itu ikehendaki-Nya dan dapat memberi upah kepada orang kafir jika

                   yang demikian dikehendaki-Nya. Kemutlakan kekuasaan dan kehendak Tuhan yang

                   digambatkan  diatas  dapat  pula  dilihat  dari  faham  Asy‟ariyah  bahwa  Tuhan  dapat
                   meletakan beban yang tak terpikul pada diri manusia, dan dari keteranagan al-Asy‟ari

                   sendiri,  bahwa  sekiranya  Tuhan  mewahyukan  bahwa  dusta  adalah  baik,  maka
                   berdusta mestilah baik bukan buruk.


                       Bagi  kaum  Asy‟ariyah  Tuhan  tidak  terkait  pada  apaun,  tidak  terkait  pada  jani-
                   janji,  kepada  norma-norma  keadilan  dan  sebagaimya.  Faham  Asy‟ariyah  mengenai

                   doa, sunnatullah, serta surga dan neraka pula berkait dengan pemahamannya terhadap

                   kekuasaan dan kehendak mutlaknya Tuhan. Yaitu, Tuhan dapat berbuat apa saja yang
                   dikehendaki-Nya,  dapat  memberi  hukuman  sesuai  kehendak-Nya,  dapat  menyiksa

                   orang  yang  berbuat  baik  jika  itu  dikehendaki-Nya,  dan  dapat  memberi  upah  pada

                   orang kafir jika yang demikian yang dikehendaki-Nya. Karena sifat-Nya yang mutlak
                   dan absolute itu maka Tuhan bias memasukan orang orang mukmin kedalam neraka

                   atau  sebaliknya  orang  kafir  masuk  suga  asal  Ia  menghendaki-Nya.  Tuhan  bisa
                   melanggar  hukum-hukum  yang  telah  dibuat-Nya  (sunatullah)  didunia.  Selanjutnya,

                   atas  dasar  itu  pula  melalui  doa  segala  ketentuan  Tuhan  dapat  diubah  jika  Tuhan
                   menghendaki atau mengabulkan doa orang yang berdoa.





                          4.  Kalam Illahi Dan Kalam Nafsi

                               a.  Pengertian Kalam Ilahi


                       Secara istilah "kalam" diambil dari bahasa Arab, yaitu kalam dengan arti  dasar
                   "kata-kata",  dan  ilahi  dengan  arti  dasar  "Tuhan  atau  Allah"  .  Di  dalam  al-Qur'an

                   istilah  kalam  ini  dapat  ditemukan  dalam  ayat  yang  berhubungan  dengan  salah  satu
                   sifat Allah, yakni lafadz "kalamullah", Salah satu contoh ayatnya adalah :


                        1)  An-Nisa: 164


                   Artinya: "Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. "



                                                           124
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137