Page 141 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 141
dari tekstual menjadi kontekstual dari teori kepada tindakan, dari takdir
menuju kehendak bebas. Pemikiran ini di landaskan atas dua alasan; pertama
kebutuhan adanya sebuah ideologi (teologi) yang jelas di tengah pertarungan
global antara berbagai ideologi, keduan pentingnya teologi yang baru yang
bukan hanya bersifat teoretis tetapi juga bersifat praktis yang bisa mewujudkan
sebuah gerakan dalam sejarah.
Untuk mengatasi kurangnya ilmu kalam klasik yang dianggap tidak berkaitan
dengan realitas sosial, Hanafi menawarkan dua teori.
Pertama, menurut Hanafi istilah dalam teologi sebenarnya tidak hanya
mengarah pada yang transenden dan gaib, tetapi juga mengunggkap tentang sifat-
sifat metode keilmuan; yang empiris-rasional seperti iman, amal, imamah, yang
historis seperti nubuwah, dan adapula yang metafisik, seperti tuhan dan akhirat.
Kedua, analisis realitas. Menurut Hanafi, analisis ini digunakan untuk
mengeyahui latar belakang historis-sosiologis munculnya teologi masa lalu dan
bagaimana pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat atau para penganutnya.
Selanjutnya analisis realitas berguana untuk menentukan stresing bagi arah dan
orentasi teologi kontemporer. Hanafi paling tidak menggunakan tiga metode berfikir,
dialektiak, fenomenologi, dan hermeunetik.
Dari dua tawaran konsep dan metode pemikiran di atas, Hanafi mencoba
merekonstruksi teologi dengan cara menafsir ulang tema-tema teologi klasik
secara metaforis-analogis.
Di bawah ini dijelaskan tiga pemikiran penting Hanafi yang berhubungan dengan
kalam, dzat tuhan, sifat-sifat tuhan, dan soal tauhid :
1. Zat Allah dan kesadaran diri manusia
Allah tetap Tuhan Yang Maha Suci dengan segala sifat kesempurnaan-
Nya. Menurut Hanafi, Tuhan adalah kekuatan aktual pada diri manusia, yang
menyebabkan ia hidup, berperilaku, bertindak, mengindera, merasa, berimajinasi,
dan juga menerima berbagai stimulus. Tuhan adalah sebuah daya yang mungkin
dapat diwujudkan melalui kesungguhan usaha manusia. Tuhan bukanlah sebuah
pemaparan, melainkan tindakan. Tuhan bukan logos, tetapi sebuah praksis.
Semua deskripsi Tuhan dan sifat-sifat-Nya, sebagai mana yang ada dalam Al-
133