Page 68 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 68
Adalah guru dari Jahm bin Shofwan,yang kepadanya dinisbahkan
kepada kelompok jahmiyyah. Akhir hayat Ja‟ad bin Dirham mati
dibunuh, konon ia disembelih langsung oleh Khalid bin Abdullah al-
Qasri, gubernur Iraq pada masa pemerintahan bani Umayyah, pada saat
hari raya idul adha, konon setelah shalat idul adha, Al-Qasri
berkhutbah dihadapan kaum muslimin seraya mengatakan, “Wahai
sekalian manusia, pulanglah kalian lalu sembelihlah binatang kurban,
semoga Allah menerima ibadah kurban kami dan kalian. Saya akan
menyembelih Ja‟ad bin Dirham, karena ia mengatakan bahwa Allah
tidak mengambil Nabi Ibrahim as sebagai Khalil dan tidak berbicara
kepada Nabi Musa, Maha Tinggi Allah SWT atas apa yang dikatakan
Ja‟ad bin Dirham” lalu beliau turun lalu menyembelih Ja‟ad bin
Dirham” .
Secara umum doktrin Ja‟ad telah diadopsi oleh para penerusnya,
terutama Jahm bin Shofwan, Al-Ghurobi menjelaskan beberapa pokok
pikiran Ja‟ad bin Dirham, sebagai berikut:
1. Al-Qur‟an itu adalah makhluk, oleh karena itu Al-Qur‟an itu adalah
baru (hadits). Sesuatu yang baru tidak dapat disifatkan kepada
Allah.
2. Allah tidak memiliki sifat yang serupa dengan makhluk, seperti
berbicara, melihat dan mendengar. Tuhan juga tidak berbicara
kepada Nabi Musa, dan tidak menjadikan Nabi Ibrahim sebabai
Khalil (kekasih).
3. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
b. Jahm bin Shofwan
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi sebagai
berikut:
1. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai
daya, tidak pula mempunyai kehendak sendiri, dan tidak
mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah
dipaksa, tidak ada kemauan, tidak ada kekuasaan, dan tidak ada
pilihan baginya. Perbuatan-perbuatan diciptakan Tuhan dalam diri
manusia. Seperti
60