Page 36 - PERTEMPURAN TELUK CIREBON
P. 36
Pertempuran Teluk Cirebon
sosial. Adanya pertentangan diakibatkan oleh
kepentingan ekonomi dan status sosial, maka teori
menawarkan, perlunya konvergen dan konsesnsus
dalam suatu masyarakat yang berkonflik.
Jika melihat pemaparan di atas maka Agresi
Militer Belanda termasuk pada konflik yang bersifat
cultalism plural, karena pada dasarnya Negara
Indonesia ingin mempertahankan kemerdekaannya.
Jika mengkorelasikan dengan pendapat Furnival
tentang kekuatan eksternal maka dapat di korelasikan
bahwa kekuatan eksternal itu adalah pihak pihak
Belanda.
Michael Brown dalam Hasrullah (2009: 41)
membahas tentang nationalism and athnic conflict
mengungkapkan, para peneliti yang meneliti konflik
di dalam suatu negara mengidentifikasikan, empat
faktor yag menyebabkan terjadi kekerasan akibat
konflik, yakni: struktural; politik; sosial ekonomi; dan
budaya atau persepsi.
Pertama, struktural. Dalam cakupan
bahasan faktor struktural menekankan terdapat tiga
faktor pokok utama yaitu; weak states, keamanan
dalam negeri, dan etnisitas suatu wilayah. Bagi
beberapa negara yang pernah mengalami
penjajahan kolonial, mental masyarakat sudah
mengalami kelemahan secara struktural, ditandai
dengan hilangnya legitimasi politis, terbatasnya
aspirasi politik, serta ketidakmampuan
mengamankan wilayah kedaulatnnya.
23