Page 63 - PERTEMPURAN TELUK CIREBON
P. 63
Pertempuran Teluk Cirebon
bahasa ibunya. Namun baik bahasa Sunda dan bahasa
Jawa keduanya sangatlah berbeda dengan bahasa Jawa
dari Wilayah Jawa lainnya begitupun dengan bahasa
Sunda yang di gunakan oleh orang-orang Cirebon tidak
sama dengan bahasa sunda yang digunakan di wilayah
Priangan. Semua Itu terjadi dimungkinkan karena wilayah
Cirebon yang sejak lama menjadi tempat singgah banyak
orang dalam melakukan niaga.
Keunggulan Cirebon dalam hal geografis menjadikan
Cirebon berkedudukan sebagai ibu kota karesidenan, ibu
43
kota kabupaten dan sekaligus sebagai ibu kota distrik .
Bahkan pada tahun 1906 Cirebon dijadikan sebagai
gemeente (kotamadia), sehingga Cirebon dipimpin oleh
residen sebagai kepala wilayah. Sultan sudah beralih
fungsi sebagai pimpinan budaya dan religi, secara struktur
pemerintahan sultan disejajarkan dengan para bupati yang
harus mengabdi kepada pemerintahan Belanda. Sultan
menerima subsidi sebesar f 8000 setahun dan diberi uang
pensiun sebesar f 18.000 pertahun. Posisi sultan yang
harus mengabdi kepada Belanda, melahirkan banyak
kebijakan yang kemudian merugikan rakyat. Seperti
disewakannya tanah-tanah kerajaan kepada pengusaha
Belanda sehingga rakyat kesulitan menanam bahan
makanan pokok. Namun sisi positifnya adalah Cirebon
tumbuh menjadi kota niaga, semakin lama sifat
43 Susanto Zuhdi, op.cit.,hal. 113
50