Page 52 - Warta Bea Cukai Edisi Oktober 2018
P. 52

SOSOK



            Di Tanjung  Perak  Surabaya diterima  kepala  Penempatan Sebagai Pegawai Bea dan Cukai
            personalia, Meneer Bosch dan diberi petunjuk-
            petunjuk,  diperkenalkan  kepada  pimpinan  Tugas  pertama  di  Pontianak,    Kalbar    tahun
            dan  beberapa  pimpinan  lapangan yang pada  1954 sampai 3 tahun, kemudian sebagai Kepala
            umumnya  orang-orang  Belanda.  Perasaannya  Kantor  Bea  Cukai  di  Singkawang  tahun  1957
            campur baur,  bayangkan baru saja bertempur  sekaligus ditunjuk sebagai wakil syahbandar dan
            melawan  Belanda  sekarang harus  bekerja  sebagai perwakilan Departemen Perdagangan.
            di  bawah  pimpinan  mereka.  “Tetapi  setelah  Tahun  1960  dipindahkan  ke  Tanjung  Priok
            diperhatikan   mereka   benar-benar   orang  Jakarta. Kepala Jawatan Bea dan Cukai, Padang
            profesional  dan  tidak  peduli  siapa  kita  maka  Soedirdjo.  Dibantu beberapa temannya eks
            saya jadi senang dan enjoy saja. Bahkan banyak  TRIP yaitu Soeratno  di   bidang  kepegawaian,
            dibimbing  dan  diajari  masalah-masalah  teknis  Sultan Syamsuri di bidang logistik, Djunta Suardi
            kepabenan.  Sebagai  aspirant  (calon)  Adjun  di bidang pengawasan dan ia  sendiri di bidang
            Kontrolir  mula-mula  kami  ditugaskan  jaga  public  relation.  Soeharnomo  Sebagai  public
            kapal, jaga pintu gudang,  menghitung jumlah  relation tugasnya  memperkenalkan tugas dan
            koli yang keluar/masuk gudang dan sering juga  fungsi Bea Cukai kepada masyarakat. Mulailah
            jaga malam.”                             ia  bergaul dengan para wartawan. “Seminggu
                                                     sekali saya pidato di RRI siaran nasional. Setelah
            Soeharnomo  senang sekali  dapat kesempatan  stasiun  TVRI  dibangun  tahun  1962  saya  juga
            belajar   masalah   kepabeanan.   Gajinya  mengisi  acara  TV  secara  rutin  mengenai  Bea
            lumayan  besar, apalagi  masa kerjanya di  TRIP  Cukai. Waktu saya menangani public relation itu
            diperhitungkan. Jadi ia baru kerja sebagai PNS  saya menerbitkan untuk pertama kali majalah
            masa kerja sudah dihitung lima  tahun. Belum  Warta Bea Cukai yang sampai sekarang masih
            lagi  tambahan  lain  seperti  uang  lembur,  upah  tetap eksis.”
            vakasi,  premi  dan  sebagainya.  “Senang  sekali
            bisa nabung, bantu orang tua dan adik-adik. Gaji  “Untuk  penerbitan  dan  pengelolaan  majalah
            pertama yang saya dapat waktu itu seluruhnya  ini waktu itu saya dibantu oleh Nurchalis Bakry
            saya berikan ke ibu saya.”               ex.Departemen Penerangan dan Soemanto ex.
                                                     Pengasuh  majalah  SSBT.  Sebelum Warta Bea
            Kira-kira  1    tahun  magang    di  pelabuhan  Cukai  memang ada  majalah  tetapi  majalah
            Tanjung  Perak,  dipanggil  ke  Jakarta  mengikuti   kelompok organisasi politik di Bea Cukai,  setelah
            pendidikan  selama  2  tahun.  Angkatannya  kelompok-kelompok tadi dilebur kedalam PPBT,
            terdiri  dari dua kelas.  Dipimpin Meneer  M.B.  majalahnya juga ikut dilebur  kedalam Warta
            Loth dan kelas lainnya Meneer Heyton. Karena  Bea Cukai.”
            punya  pengalaman  praktik  maka  ia    dapat
            menyelesaikan pendidikan tanpa ada kesulitan.  Untuk  memperdalam  pengetahuan  public
            Tahun  1954  lulus  pendidikan  Adjun  Kontrolir  relation,  tahun 1963 ia ditunjuk tugas belajar di
            Pabean,  dapat  rangking  ke-2  di  kelas.  Nomor  School Of Public Relation and Communication
            1,  Samadi  dan  nomor  3  F.A.  Sinlae.  Pimpinan  Boston  University  di  Amerika  selama  satu
            menetapkan lulus No. 1 ditempatkan di daerah I  tahun, selesai tahun 1964, kemudian mengikuti
            (Tanjung Priok) nomor 2 di daerah II (Semarang)  US  Customs  Training  Program  di  Boston  dan
            dan  nomor  3  di  daerah  III  Surabaya.  Atas  Washington DC. Kesempatan itu ia gunakan juga
            nasihat orang-orang di Kantor Pusat sebaiknya  untuk meninjau sistem operasional US Customs
            tugas di luar Jawa dulu baru kemudian kembali  di berbagai tempat pelayanan baik di pelabuhan
            ke  Jawa.  Kebetulan  temannya  bertugas  di  laut maupun udara. Soeharnomo bertemu dan
            Pontianak karena alasan keluarga ingin pindah  berbicara  dengan  US  Customs  Commissioner
            ke Semarang yaitu  Santoso.  Akhirnya kami  (Dirjen)  yang  waktu  itu  adalah  Mr.  Phillips
            tukar tempat atas persetujuan Kantor Pusat,  Nicholls  di  kantor pusatnya Washington.
            Soeharnomo    ditempatkan  di  Pontianak  dan  Kemudian  masih  pada  tahun  1964  itu  saya
            Santoso yang dipindah ke Semarang.



            50  | Volume 50, Nomor 9, September 2018 - Warta Bea Cukai
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57