Page 15 - PAH 7.4
P. 15
1. Tumpeng halus
Berupa nasi putih berbentuk kerucut atau gunung tanpa diberi lauk pauk.
Tumpeng alus melambangkan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
agar orang yang sedang mengadakan selamatan diluluskan permohonannya
dan dijauhkan dari segala godaan.
2. Tumpeng Megana
Tumpeng ini berupa nasi putih yang dibentuk kerucut menyerupai gunung.
Bedanya tumpeng ini dilengkapi dengan gudangan atau urapan lengkap
dengan parutan kelapa muda yang telah dicampur dengan bumbunya.
Tumpe dimaksudkan agar ora ya mengadaka selamata diber
limpahan rejeki secara terus menerus dan senantiasa diberi keselamatan.
3. Tumpeng Reboyong
Tumpeng Reboyong adalah tumpeng yang diletakkan di dalam cething
atau tempat nasi yang terbuat dari anyaman bambu dan dilengkapi dengan
lauk pauk dan sayuran serta diberi irisan sayuran terong yang disusun
atau dihiaska dar pucuk tumpe membujur ke bawah. Tumpe
sebagai lambang agar orang yang mengadakan selamatan selalu mendapat
kehormatan atau selalu pada posisi terhormat serta selamat jiwa raga
maupun hartanya.
Mengingat banten merupakan persembahan dari manusia, maka banten
memiliki makna sebagai simbol penyerahan diri manusia secara total
didasari ketulusan hati dan niat yang suci. Hal ini tercermin dari tetuesannya
(potongannya), yang menunjukkan keindahan seni yang ditampilkan,
menyimbolkan perasaan cinta kasih dan bakti yang demikian agungnya,
sehingga melahirkan getaran hati dan pikiran untuk mempersembahkan
yang terbaik dan termulia ke hadapan Hyang Widhi Wasa sebagai pemberi
anugerah berupa kesejukan kepada sang pemuja.
Banten-banten yang dikategorikan sebagai banten hulu/kepala sering
pula disebut banten linggih Hyang Widhi Wasa (Linggastana) atau simbol
stana Tuhan. Banten-bante tersebut antara lain, pal kecil berupa cana
sari, daksina, suci, dewa-dewi, dan catur.
Bab 4 Bentuk dan Fungsi Upakara | 101