Page 46 - MODUL APRESIASI PROSA Berbasis kearifan Lokal Batak Toba
P. 46

berjalan sepanjang hari, hingga satu popor senjata remuk tidak membawa
      hasil.

              Ketika itu, Raja Sisingamangaraja telah dievakuasi ke Simatabo.
      Setelah sebelumnya berada di Sibongkare selama empat kali bulan tula.
      Di Sibongkare, Ompu Halto memilih tempat yang sangat terlindung bagi
      pasukan  Raja  Sisingamangaraja  yaitu  Lobu  Sierge.  Tempat  ini  adalah
      kawasan  kebun  buah-buahan  dengan  pohon  durian  besar-besar  dan
      ambasang, sehingga aktivitas di lingkungan ini tidak menarik perhatian
      pasukan Belanda. Menurut nasehat  Ompu Halto, di  Lobu Sierge tidak
      boleh ada api, karena asap yang membumbung tinggi akan kelihatan dari
      jarak  jauh.  Seluruh  makanan  di  masak  di  luar.  Karena  Raja
      Sisingamangaraja  dan  seluruh  garis  keturunannya  berpantang  makan
      daging babi, maka ia dan seluruh marga Sinambela garis keturunannya
      menggantinya dengan makan ikan. Ikan di Sibongkare sangat gampang
      dicari,  karena  Aek  Sisira  dan  Aek  Ardoman  merupakan  gudang  ikan
      sungai  yang  melimpah  saat  itu.  Umumnya  adalah  ikan  boyom  yang
      dibungkus dengan daun sungkit lalu dimasukkan ke dalam bara api. Ikan
      ini bisa tahan dua atau tiga minggu asal benar-benar memasaknya. Tidak
      perlu  piring  atau  tempat  makanan  lainnya,  sebab  bulung  langge  dan
      bulung motung di sekitar tempat ini cukup banyak.

              Setiap pagi, Ompu Halto dan Raja Sisingamangaraja berunding
      sambil mardemban. Ia sudah lama menjadi penasehat spiritual dan datu
      bolon bagi Raja Sisingamangaraja.

      “Kekuatan Belanda tidak dapat kita imbangi, Ompu!”

      “Ya, benar. Namun perjuangan ini harus dilanjutkan sampai titik darah
      penghabisan!  Aku  sangat  tidak  rela  kalau  tanah  para  leluhur  kita  ini
      diinjak-injak oleh orang-orang asing yang bermuat semena-mena.”
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51