Page 47 - MODUL APRESIASI PROSA Berbasis kearifan Lokal Batak Toba
P. 47

Ompu  Halto  ingat  ketika  ia  sebagai  Rajaihutan  memaklumkan
      perang  dengan  Belanda  kepada  rakyat  Kalasan  Hulu.  Ia  begitu  gigih
      mengobarkan  semangat  berjuang  kepada  rakyatnya.  Dan  dalam  waktu
      yang sama, Raja Sisingamangaraja telah memaklumkan perang terhadap
      Belanda, karena ia sangat murka dengan maklumat Belanda tahun 1876
      yang menyatakan bahwa seluruh tanah Batak menjadi tanah jajahannya,
      dan  meminta  seluruh  raja-raja  Batak  dan  rakyatnya  untuk  meletakkan
      senjata. Maka rakyat pun bahu-membahu melakukan perlawanan. Seluruh
      laki-laki dimobilisasi untuk menjadi pasukan siap perang.

              Waktu itu, Belanda sedang melancarkan serangan dari Barus ke
      Kalasan Hulu. Ompu Halto yang telah berpengalaman melintas ke Barus
      tahu  benar  bahwa  jalan  dari  Barus  ke  Kalasan  Hulu  hanya  dan  harus
      melewati  Gunung  Sigurung-gurung.  Dan  jalan  tersebut  hanya  sebuah
      jalan  setapak  dengan  kemiringan  gunung  75o.  Ia  dan  pasukannya
      mencegat di puncak gunung itu.

      “Kumpulkan batu sebanyak-banyaknya!” katanya kepada pasukannya.

      “Untuk apa Ompu?” tanya salah satu pasukannya.

      “Saat  pasukan  Belanda  itu  naik,  maka  kita  akan  menimpuki  mereka
      dengan batu-batu besar itu.”

              Benar.  Ketika  serdadu  penjajah  itu  mencoba  mendaki  gunung
      Sigurung-gurung, maka dengan membabi buta dan tanpa kenal ampun,
      pasukan Ompu Halto menimpuki mereka dengan batu-batu besar. Banyak
      diantara  mereka  yang  mati  dan  tidak  sedikit  yang  terjun  langsung  ke
      jurang yang dalam.

              Ketika  Sisingamangaraja  dan  pasukannya  akan  dievakuasi  ke
      Simatabo, Raja Buntal dan Raja Barita, kedua putra Sisingamangaraja
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52