Page 418 - Toponim sulawesi.indd
P. 418

404     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


                     Asal usul Kerajaan Mamuju dibangun oleh cucu dari Pongkapadang

               yang bernama Makke Daeng yang tinggal di Mamuju, beliau adalah salah
               satu “Tau Sappulo Mesa.”  Tau Sappulo Mesa merupakan sebelas orang cucu

               dari Pongkapadang dan  Torijegneg yang menjadi  cikal bakal masyarakat
               Mandar.  Makke  Daeng adalah  cucu  dari  Pongkapadang  yang memilih
               tinggal dan menetap di wilayah Mamuju. Tokoh inilah yang menjadi cikal

               bakal menurunkan bangsawan-bangsawan yang ada di Kota Mamuju.

                     Menurut keterangan  kolonial  dinyatakan  bahwa: Mandar terletak
               di  tepi  laut,  di  sebelah  utara berbatasan  dengan  Kaili, Binoang  menjadi

               batas paling selatan dan di timur berbatasan dengan pegunungan liar yang
               diperlukan oleh kerajaan ini sebagai tempat persembunyian yang aman.

               Ketika  musuh  yang terlalu  kuat menyerang  daerah ini,  mengosongkan
               daerah pantai sebagian korban. Pemerintahan pada masa lalu terdiri atas
               empat  golongan yang semuanya  bersekutu dengan  Kompeni.  Tiga  dari

               empat golongan ini atas inisiatif sendiri bergabung dengan Kompeni yaitu
               Mapili, Bonko, dan Ciampalagi. Dari Ciampalagi disebutkan bahwa daerah
               itu merupakan sebuah negeri  Toraja, di bawah Balangnipa  yang  setelah

               perdamiaan tahun 1674 diserahkan sebagai upeti kepada raja Palaka. Tiga
               golongan itu sebaliknya membuat sebuah kontrak dengan Speelman pada
               tanggal 6 Agustus 1669, tetapi tidak disahkan atau ditandatangani. Mapili

               dan Bonko membuat kontrak tanggal 10 Oktober 1674, menandatangani
               dan  mengesahkan. Tetapi  ketiganya  dianggap  sebagai budak  Bone yang

               harus menyerahkan  upeti, atau mungkin  ditaklukan  oleh  raja Palaka,
               terutama  selama kekuasaan  Makasar  tidak berada di bawah Palili  atau
               bebas tetapi digolongkan sebagai hamba dan mungkin karena mereka tidak

               bersikap setia dalam  pemberontakan rakyat  di  sana setelah pembuatan
               kontrak itu.

                     Tujuh  golongan lain  biasanya  disebut  pitu  babaqna  binanga  arau

               “raja-raja di  tujuh  muara sungai”,  yaitu  Balangnipa,  Majene,  Binoang,
   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422   423