Page 426 - Toponim sulawesi.indd
P. 426

412    Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


               7.5.1 Kota Pantai Plural di Mandar


                     Kata “Polewali”  terdiri  atas  dua  kata, yakni: “Pole” dan  “Wali,”
               “Pole” berarti  datang dan “Wali” berarti musuh. Polewali berarti musuh

               yang datang. Hal ini sesuai dengan tradisi perang yang terjadi di wilayah ini
               terutama di Kerajaan Balanipa. Dalam tulisan di majalah TBG yang berjudul

               “Nota Van Toelichting Betreffende het Landschap Balangnipa” dinyatakan
               bahwa tradisi perang  sering  terjadi. Selain  perdagangan budak, juga
               pengumpulan tengkorak untuk kepentingan adat bagi penganut animisme

               di daerah ini. Tulisan itu dinyatakan bahwa:



                   “Perang  dahulu  berulang  kali  terjadi;  kita  bisa menyebutnya
                   wajar kondisi perang sebelum intervensi kita. Perang terutama
                   dilancarkan secara bergantian oleh para raja,  raja  kecil, para
                   kepala adat dan bangsawan. Tujuannya adalah merampok dan
                   menjarah.  Seluruh rakyat  tidak  pernah ikut  berperang.  Jika
                   seseorang berani berkelahi, maka orang kembali akan berhenti
                   selama beberapa bulan. Pernyataan perang tidak pernah terjadi,
                   begitu juga pembuatan perdamaian resmi.

                      Perlawanan terhadap pembentukan kondisi yang lebih
                   baik terutama juga berasal dari para kepala adat yang dahulu
                   terutama hidup dari perampokan; penduduk tidak banyak ikut
                   terlibat.  Tentang  perlawanan  rakyat  terhadap  kekuasaan  kita
                   juga tidak pernah terjadi, sehingga kini unsur-unsur jahat telah
                   dilumpuhkan, penduduk yang pada umumnya cinta damai kini
                   memberikan bukti menghargai campur tangan kita. Sebagai
                   akibat dari anarkisme yang dahulu melanda, di mana-mana
                   orang menjumpai perbentengan dan kampong-kampung yang
                   diperkuat dengan tujuan untuk membela diri terhadap para
                   perompak. Kondisi kacau dahulu masih berkembang, karena itu
                   perdagangan budak di daerah pantai menghasilkan keuntungan
                   besar, dan orang-orang Toraja memerlukan tengkorak bagi
                   animism mereka dan merancang pemancungan kepala.”  33
                 Pengakuan Belanda pada tahun  tulisan  ini  bahwa anarkisme  yang

               disebabkan oleh perang telah mengalami perubahan yang berarti. Tulisan
               ini  ditutup  dengan  sebuah  pernyataan pendek (korte  verklaring) yang


               33  Anon, “Nota Van Toelichting Betreffende het Landschap Balangnipa,” TBG, tahun
                   1912, jilid XLI, hlm. 521.
   421   422   423   424   425   426   427   428   429   430   431