Page 387 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 387
tidak mendekati selirnya yang tercinta. Tubuhnya terasa lelah setelah sore tadi
dia berpesta makan minum dan menikmati tari-tarian yang disuguhkan untuk
kehormatan jenderal An Lu San yang datang berkunjung ke istana. Setelah
mengijinkan jenderal perkasa itu mengundurkan diri ke kamar tamu yang
disediakan, Kaisar yang merasa lelah itu berbisik kepada selirnya tercinta bahwa
malam itu dia ingin beristirahat karena merasa lelah, kemudian langsung menuju
ke kamarnya sendiri.
Menjelang tengah malam, kaisar terbangun dan ternyata yang mengganggu
tidurnya adalah seorang selir muda belia yang cantik seperti selir-selir lain. Selir
ini bernama Yauw Cui, masih berdarah bangsawan dan termasuk selir termuda
sebelum Kaisar mengambil Yang Kui Hui yang merupakan selir terakhir.
"Hemmm, apa maksudmu datang mengganggu?" Kaisar berkata, tidak marah
karena dia pun pernah mencinta selir yang cantik ini, bahkan tangannya lalu
diulur untuk membelai dagu yang berkulit putih halus itu.
"Hamba mohon Sri Baginda mengampunkan hamba," selir itu berkata dengan
suara agak gemetar, "Sebetulnya hamba tidak berani mengganggu paduka yang
sedang beristirahat, akan tetapi...." Kaisar yang tua itu tersenyum dan salah
menyangka. Dikiranya selir muda ini merindukan curahan kasihnya karena sudah
lama dia tidak mengunjungi kamar selirnya ini dan tidak pula memerintahkan
selirnya itu datang melayaninya. "Aihh, manis, naiklah ke sini dan kau pijiti
punggungku..." katanya sebagai uluran tangankarena membayangkan hasrat
selirnya ini, sudah bangkit pula berahinya. Yauw Cui tidak berani membantah,
bangkit dari lantai di mana dia berlutut, dan jari-jari tangannya yang halus mulai
menari-nari di atas punggung tua yang pegal-pegal itu. Akan tetapi selir ini
berkata lagi, "Rasa penasaran memaksa hamba memberanikan diri mengujungi
Paduka. Hamba tidak ingin melihat Paduka yang hamba junjung tinggi ditipu dan
dihina orang!"
386