Page 583 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 583

"Dia kami tinggalkan di Puncak Awan Merah di Pegunungan Tai-hang-san, di

               tempat tingal Tee-tok Siangkoan Houw."


               "Kalau begitu,biar aku menyusul ke sana!" kata Ouw Sian Kok dengan gembira.

               "Setelah aku bertemu dengan dia, barulah kita beramai mencari iblis betina itu

               untuk sama-sama menghadapinya dan menghancurkannya! Bagaimana pendapat

               Locianpwe?"  Dia  berpaling  kepada  kakek  Han  yang  sejak  tadi  hanya

               mendengarkan saja. Juga Swat Hong dan Liu Bwee menoleh dan memandang

               kakek itu karena betapapun juga, mereka mengharapkan bantuan kakek ini, juga

               keputusannya. Sampai lama Han Lojin diam saja, merenung dan memandang

               jauh, kemudian menghela napas panjang.

               "Aihh, tak kusangka akan begini jadinya....! Tadinya, ingin sekali aku melihat

               kalian berdua melupakan semua hal yang telah lalu, mulai hidup baru dengan

               aman dan tenteram, menjauhi urusan kekerasan dunia yang hanya mendatangkan


               dendam dan bunuh-bunuhan antara sesama manusia, sambil mendidik Swat Hong
               pula. Akan tetapi melihat gejalanya..... mengingat pula hancurnya Pulau Es .....


               dan memang sudah seharusnya kalau pusaka-pusaka itu dikembalikan ke tempat
               asalnya...... ahhhh, aku Si Tua Bangka yang sudah lama mencuci tangan dari


               urusan duniawi, sekarang terseret pula!

               Betapa menyedihkan!"


               "Locianpwe,  kalau  kita  masih  hidup  di  dunia  ramai,  betapa  mungkin  kita

               menghindarkan diri untuk mencampuri urusan dunia ramai? Yang penting kita

               selalu berada di pihak yang benar." Ouw Sian Kok membantah.

               Kakek itu menggeleng-geleng kepala. "Engkau belum mengerti, apa sih artinya

               pihak yang benar?


               Apa  sih  artinya  kebenaran?  Kebenaran  yang  dapat  disebut  dengan  mulut,

               bukankah  kebenaran  adanya!  Ahhh,  sudahlah,  tanpa  adanya  kesadaran,  mana

               mungkin dapat mengerti?





                                                           582
   578   579   580   581   582   583   584   585   586   587   588