Page 4 - episode-1
P. 4

Namamu Sulastri                                                        Episode I


                     Lahir dari Kecelakaan Kereta

                        Peristiwa itu terjadi siang hari dalam hitungan waktu hanya satu detik, saat seorang
                     wanita terlihat menggendong anak perempuannya melitasi rel ketika kereta tiba-tiba
                     muncul di tikungan. Masinis sudah menjalankan kewajib-annya sesuai semboyan 35.
                     Suara klakson terdengar sangat keras sampai memekakkan telinga.

                        Wanita itu  tampak ragu antara mempercepat langkah atau tetap berada di
                     tempatnya, tapi kereta itu tetap melaju cepat. Dia hanya punya waktu sedetik sebelum
                     mengambil keputusan melempar anaknya ke seberang, atau tetap meng-gendongnya.

                        Hanya satu detik, kereta itu dengan gagah melindasnya. Gemuruh mesin diesel dan
                     derak roda kereta  beradu rel baja  dan  gaung  klakson memekakkan telingah,
                     membungkam suara tulang-tulang patah. Masinis kereta pun juga tidak mendengar
                     jerit  apapun.  Kereta tetap melaju dengan suara gemuruhnya dan klakson yang

                     diulang-ulang ketika hendak melintas jalan sebidang.
                        Tak seorang pun melihat anak kecil yang tertelungkup, beberapa centi-meter dari
                     rel kereta. Tubuh mungil itu tak bergerak; tampak sedikit luka menggores dahinya,

                     dan  darah  mewarnai sebagian mukanya. Lengan kanan terlipat ke punggung,
                     sementara lengan kiri terpentang ke depan. Rambutnya yang dipotong pendek terlibat
                     kelabu terpoles debu; juga sebagian bajunya.
                        Bayangan putih tak lebih seperti asap melayang mendekati anak itu, mengusap

                     mukanya, rambutnya hingga ke belakang kepala.  Sesaat itu pula tubuh anak itu
                     bergerak siuman, berpaling, meraih tangan yang mengusapnya. Tak terpegang. Ia pun
                     menangis, “ibu…”

                        Tangisan anak itu menyadarkan Mak Rosidah, pedagang nasi tak jauh dari lintasan
                     kereta. Ia bangkit dari duduknya, menghentikan kesibukan mengupas bawang;
                     mencari arah datangnya suara.
                        Betapa terkejut dia ketika melihat anak kecil tergeletak tak jauh dari jasad manusia.

                     Serta merta ia berlari mendekat, meraih tubuh kecil tak berdaya, men-dekapnya dalam
                     gendongan, memalingkan mukanya dari warna  darah dan daging manusia yang
                     teronggok di tengah dua jalur rel kereta.

                        “Tolong…”teriakan Mak  Rose  membahana, membangkitkan semua orang di
                     sekitarnya, yang serta merta berlarian ke arahnya.
                        Satiman, penjaga palang pintu kereta sudah menduga teriakan minta tolong itu
                     dari orang yang menyaksikan kecelakaan kereta. Ia cemas, meski semua prosedur

                     sudah ia lakukan, menutup jalan sebidang dari kendaraan yang melintas. Dia juga
                     sudah memastikan jalur kereta aman. Peluit juga sudah ditiup berulang kali ke segala






                                                            4
   1   2   3   4   5   6   7   8   9