Page 9 - episode-1
P. 9
Namamu Sulastri Episode I
Berbagai upaya dilakukan Mak Rose untuk mempertemukan Lastri dengan kelu-
arganya. Perhiasan Lastri terutama, ia yakin bisa menjadi benang merah yang mengi-
ngatkan keluarganya pada Lastri sekarang sampai kelak anak itu dewasa.
Satu hari kemudian Warni melapor menemukan nama berinisial HH di pasar.
“Haposan Hasibuan namanya. Orang Batak,” lapor Warni.
“Nah, kan Lastri jelas bukan Batak,” kata Mak Rose. “Logat bicaranya Jawa.”
“Satu nama lagi, tetangga kampung sebelah, guru ngaji, Hafid Hanafiah,” tambah
Warni. “Tapi muka Lastri tidak kelihatan seperti Arab.” Warni mengoreksi sendiri
kesalahannya.
Banyak HH ditemukan pada nama Jawa, tapi H pada nama pertama sering mering-
kas gelar haji: Haji Hasan, Haji Harun dan haji-haji lain.
Lebih satu bulan pencarian dilakukan masih juga susah mandapatkan satu titik
temu. Mak Rose menyerah. Yu Sri, Parmin dan semua tetangga yang dilibatkan
pencarian keluarga Lastri, sepakat mengakhiri misi. Kesimpulan akhir Mak Rose,
“Kita sulit menemukan jarum di tumpukan jerami.”
Misi pencarian dialihkan ke skenario B, minta bantuan dukun. “Ini jalan alternatif
yang saya sendiri sebenarnya tidak terlalu percaya,” kata Mak Rose. “Tapi kita coba.
Siapa tahu ada benarnya usulan itu.”
Dukun pertama minta Mak Rosidah membawa pakaian yang dikenakan Lastri
pada saat kejadian, persis seperti yang dikatakan pelanggan warung, pegawai PDAM.
Sang dukun membakar dupa. Pakaian itu dijerang di antara asap dupa, kemudian
diendus berulang kali.
“Apa nggak bau dupa?” pikir Mak Rose.
“Kelihatannya, keluarga Lastri tinggal di dekat pasar, juragan daging, namanya
Haji Hisyam,” ujar sang dukun, yakin hingga dia menyebut nama.
Mak Rose melacak pedagang daging di pasar dengan nama yang disebut oleh
dukun. Ketemu. “Tapi saya tidak punya anak dan cucu perempuan, semua laki-laki,”
kata Haji Hisyam tidak merasa kehilangan keluarga.
Rupanya pakaian Lastri terkontaminasi daging pasar. Ibu dan anak itu mungkin
pernah berhenti istirahat di kios daging Haji Hisyam.
Mengikuti petunjuk tetangga lain, Mak Rose datang ke padepokan terpencil. Juga
membawa pakaian dan perhiasan Lastri jika dibutuhkan. Sang dukun memang minta
Mak Ros menunjukkan perhiasan Lastri. Jawaban yang diberikan hanya sekedar
perkiraan: keluarga Lastri tinggal di belahan utara kota, bapaknya masih ada.
Belahan utara kota yang mana; tidak jelas. “Kan sama saja dengan jarum hilang di
tumpukan jerami, bagaimana menemukannya?” gerutu Mak Rose, sudah kehilangan
Rp 100.000 untuk dukun itu.
9