Page 13 - episode-1
P. 13
Namamu Sulastri Episode I
Malam bermimpi seperti itu hanya dialami sekali. Setelah itu bayangan ibu tidak
pernah datang lagi menemui Lastri. Dia juga tidak merindukan ibu itu sampai dia
menyendiri, termenung; apalagi ketakutan. Lastri tumbuh dan berkembang seperti
anak-anak lain, tanpa trauma.
Keperkasaan Lastri yang mengidentikkan diri dengan elang, hadir dalam
kesehariannya tinggal dan bercanda di bentangan rel. Siapa takut? Rel itu bercerita
kepadanya tentang tugas mulia yang diembannya, digilas roda baja, menjaga kereta
tetap pada jalurnya hingga titik akhir perjalanan.
Abdul yang memperkenalkan Lastri bercanda dengan sungai, berendam, berenang.
Abdul menikmatinya, Lastri ingin juga merasakan nikmat beren-dam di sungai, saling
menepuk air ke muka teman. Lastri merasa tidak ada yang salah, mengapa Mak Rose
melarang?
Lastri buah hati Mak Rosidah, tempatnya melampiaskan rindu kepada anaknya,
tumbuh menjadi pemberani. Meski ada kata manja layaknya anak seusianya, namun
susah menumpahkan air mata. Lastri menangis jika hatinya benar-benar tersentuh.
Mak Rose selalu memuji Lastri, melimpahkan kasih sayang. Lastri merasa kasih
sayang itu berlebih, cukup mengganti kasih sayang ibu sejati. Ia tak perlu mencari dan
rindu bayang-bayang ibu. “Aku ibumu bernama Rosidah.” Hanya itu yang dihafal
Lastri?
Lastri tak mengerti kesedihan masa kecilnya. Ketika peristiwa itu terjadi, usianya
masih kurang dua tahun, ia pingsan. Ketika tersadar hanya sekejap melihat bayang-
bayang ibu, sekejap itu pula ia pindah ke pelukan Mak Rosi-dah jauh lebih lama dari
pelukan ibu sejati.
Lastri adalah kebagiaan Mak Rose sekarang dan masa depan.
Demi ketenangan hati Mak Rose, satu dari daftar panjang larangan, Lastri patuhi:
dia tidak pernah lagi bermain di sungai. Taruhannya nyawa, jauh lebih besar bahaya
dari kesenangan yang dia nikmati, toh dia tidak kehilangan teman bangau dan perahu
nelayan meski dia tidak harus mendekat ke tepi sungai.
Tanpa Lastri, Abdul kehilangan teman bermain di sungai. Dua tenannya, Najib
dan Akmal juga masih terlalu kecil. Abdul berenang sendiri kesana kemari didampingi
bapaknya yang sedang berendam di tepian. Berani sekali dia, Lastri ngeri melihatnya.
13