Page 5 - episode-1
P. 5

Namamu Sulastri                                                        Episode I


                     arah, memperingatkan orang-orang dan kendaraan yang nekat akan melintas. Dia
                     memastikan tidak ada orang berada di lintasan ketika kereta akan lewat.
                        Hanya satu detik memang. Satiman memastikan bukan dia yang bersalah kalau ada

                     mansuia  yang terlindas kereta.  Begitupun setiap kecelakaan dekat pintu lintasan,
                     penjaga bukan hanya menjadi sasaran pertanyaan, tapi juga tuduhan.
                         “Semestinya kamu tahu ada orang melintas,” kata Mak Rose tersengal.
                        “Banyak orang, Mak. Jarak rumah dan kereta juga sangat dekat. Bagaimana

                     mungkin saya tahu mereka menepi, atau mau berlari. Saya juga sudah meniup peluit,
                     memberi peringatan,” kata Satiman sambil mengacungkan peluitnya.
                        “Saya juga melihat wanita itu berhenti di jalur bebas,” tambah Satiman. “Mungkin

                     begitu saya masuk ke pos, dia nekat menyeberang.”
                        Orang-orang yang berkerumun bicara sendiri-sendiri, ribut. Mereka tidak tahu apa
                     yang harus dilakukan; mengangkat jasad korban, ngerih rasanya. Sementara Satiman
                     kelihatan cemas; wajahnya sedikit pucat. Pengadilan jalanan seperti ini sering mena-

                     kutkan orang yang  dianggap penyebab kecelakaan. Kadang  hukuman dijatuhkan
                     sebelum ada vonis bersalah.
                        “Apa mungkin dia bunuh diri.”Komentar sebagian orang, agak melegah-kan hati

                     Satiman.
                        “Mengapa anaknya dia bawa,” kata yang lain membantah komentar tetangga. Tapi
                     kok juga dia selamatkan.”
                        “Mungkin maunya berdua,”kata yang lain, kemudian berubah pikiran.”

                        “Sudah,”sergah Mak  Rose. Sekarang rawat jasad itu sebelum kereta lain lewat.
                     Ambil kain di lemari bajuku,”perintahnya kepada Parmin, penjaga pintu air yang
                     meninggalkan posnya.

                        Kain  panjang itu dibentang menutupi sebagian jasad di tengah rel, semen-tara
                     lainnya yang berceceran ditutup koran sekenanya.
                        Berselang lama kemudian, dua polisi datang, mencermati lokasi kejadian. Seorang

                     di antara polisi itu mencatat data-data korban. Tidak ada satupun identitas dalam
                     bentuk surat  yang ditemukan.  Jenis kelamin  wanita, usia diperkirakan  sekitar  25
                     tahun, rambut hitam sebahu, kulit coklat terang, dan data-data tentang kaki sebelah

                     putus, tangan, kepala, dan semua kondisi yang mengerikan lainnya.
                        Lokasi itu baru bersih setelah petugas kesehatan kota datang bersama ambulan.
                     Sementara berapa orang masih berkumpul di warung Mak Rose.
                        Kesimpulan sementara motif kecelakaan itu bunuh diri menjadi pegangan banyak

                     tetangga. Kesaksian Satiman salah satu di antara penguat motif itu.
                        “Siapa kenal keluarga korban?” tanya Mak Rose.




                                                            5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10