Page 6 - episode-1
P. 6

Namamu Sulastri                                                        Episode I


                        Satu-dua orang menggelengkan kepala; yang lain diam saling pandang. “Dia,
                     maksudku korban, orang baru Mak,” kata Warni yang sehari-hari berdagang sayur di
                     pasar, dan dia hafal beberapa orang yang sering terlihat di pasar. “Penampilannya juga

                     bersih. Mungkin dari keluarga kaya.”
                        Kemungkinan itu juga tampak pada anak korban. Ada kalung  bergantung di
                     lehernya, gelang tangan dan anting-anting yang sepintas terlihat emas.
                        “Sementara biar anak ini tinggal sama saya. Jika kalian menemukan keluarganya,

                     katakan dia di sini.”
                        “Siapa namamu, nak?” tanya Mak Rose sambil menyuapkan air ke mulut anak
                     perempuan itu.

                        Anak itu masih terlalu kecil untuk mengenal dirinya. Ibunya belum mengajari
                     mengeja namanya, siapa nama ibunya, di mana tempat asalnya. Juga tidak seorang
                     pun di sekitarnya yang kenal. Mereka hanya sering melihat anak itu digendong ibunya
                     keliling pasar minta sedekah. Tempat ibu dan anak itu tidur di teras-teras toko; kadang

                     di bawah jembatan, dan di mana saja asal bisa membaringkan badan untuk melepas
                     lelah dan memanjakan kantuknya.
                        Di depan banyak tetangga yang tersisa di warung, Mak Rose kemudian memberi

                     anak itu nama, “Sulastri. Kamu dipanggil Lastri.”
                        Parmin di sebelah Mak  Rose  mengangguk. “Lastri namamu,” ulang Parmin
                     menegaskan.
                        “Ibumu Rosidah, biasa dipanggil Mak Rose,” kata Mak. “Kamu memanggil ibumu

                     Emak seperti orang-orang lain memanggil aku.”
                        Parmin menatap Mak Rose.
                        “Kamu keberatan dia kuaku anakku?” Mak Rose balik menatap Parmin.

                        Parmin menggeleng. “Tidak,” katanya kemudian. “Tapi  kalau ada keluarganya
                     yang mencari?”
                        ”Katakan dia di sini; bersama aku,” jawab Emak, tandas.

                        Yu Sri yang sejak tadi berdiri mematung iba melihat anak perempuan kecil itu,
                     “Apa saya boleh ikut mengasuhnya?” tanya Yu Sri kepada Emak.
                        Parmin, mengetahui Yu  Sri mendapat hak mengasuh anak itu, ia ikut-ikutan

                     mengacungkan tangan. “Saya boleh?”
                        “Semua boleh. Kita yang akan mengasuhnya,” kata Mak Rose. “Tapi dia harus
                     tinggal sama aku. Aku punya rumah untuk dia tinggal.”
                        Sejak itu balita yang kemudian diberi nama Lastri tinggal bersama Mak Rose, janda

                     pedagang makanan di rumah warung dekat rolak.

                                                            


                                                            6
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11