Page 59 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 59
Sementara bagaimana merefleksikan kenyataan itu mendorong peserta didik menggapai cita-citanya.
dapat dipahami merupakan aspek epistemologi. Semesta ini menjadi hal yang kodrati bahwa guru
Logika, bahasa, dan sejarah menjadi sandaran selalu mendukung apapun kemajuan bagi peserta
yang mampu mengantarkan pemahaman ini. Kita didik baik diungkapkan ataupun tidak.
menyadari bahwa ungkapan pengetahuan tercermin
dari penalaran logika yang memunculkan watak kritis Ajaran Ing Madya Mangun Karsa menyiratkan
yang menumbuhkan ilmu pengetahuan. Artikulasi dukungan yang nampak oleh guru terhadap
penyampaian pengetahuan melalui ketentuan peserta didiknya dalam bentuk motivasi, metode
bahasa yang runtut dan sistematis juga menjadi pendidikan, manajemen pendidikan. Kehadiran guru
salah satu indikator penguasaan keterampilan bagi peserta didiknya merupakan pendamping setia
menyampaikan pendapat dan gagasan. Objek untuk selalu menciptakan inspirasi, membangun
informasi yang beragam sebagai bagian dari motivasi dan mengarahkan kepada metode
pengetahuan yang diperoleh merupakan esensi mencapai pengetahuan peserta didik. Dalam
pengolahan informasi sejarah yang hinggap dalam kerangka inilah bangunan pohon karakter Pancasila
pikiran. Apalagi pada era digital yang menyediakan yang bersifat epistemologis mendapatkan tempat
banjir informasi dan keterbukaan informasi yang dengan pemberian pengetahuan kognitif logika,
memerlukan filter dalam bentuk penalaran kritis bahasa dan informasi sejarah.
dan penyampaian bahasa yang tepat.
Ajaran Ing Ngarsa Sung Tuladha merupakan buah
Ketika dua aspek tersebut telah mampu dijelaskan yang dapat dinikmati oleh peserta didik dengan
maka apa guna dan bentuk yang dapat dirasakan mudahnya mendapatkan keteladanan atau
menjadi bagian dari aksiologi. Dia harus konkret pemberian contoh yang disimbolkan gurunya.
terasa dan memiliki nilai kegunaan. Uraian yang Mereka tidak kesulitan mencari sosok ideal yang bisa
panjang tentang makna Pancasila dan sila-silanya dijadikan patokan keteladanan yang diperoleh dari
dibantu dengan cara menguraikan hasilnya gurunya. Kehadiran gurunya adalah wujud keilmuan
merupakan buah dari pemikiran komprehensif. yang mudah untuk diikuti. Tanpa keteladanan
Pohon karakter Pancasila pada dasarnya bagian dari dan sosok yang dekat bagi peserta didik akan
siklus ilmu pengetahuan yang tercermin dari pohon menyulitkan mereka untuk memahami apa yang
pengetahuan (tree of knowledge). sebenarnya terjadi dalam lingkungan yang mereka
hidup dan belajar di dalamnya. Dalam konteks inilah
Bagaimana dunia pendidikan menjadi sangat pohon karakter Pancasila yang bersifat axiologis
vital dan urgen untuk menciptakan lingkungan diterapkan dalam dunia pendidikan.
pendidikan (epistemic community) tidaklah
berlebihan karena itulah esensi dari pendidikan itu Nilai/Karakter Ing ngarsa
sendiri, menciptakan manusia yang sesungguhnya (Axiologi) sung tuladha
dan seutuhnya. Sehingga membayangkan pohon
karakter Pancasila dengan dunia pendidikan di
Indonesia menjadi lebih dekat dan bahkan identik.
Misalnya jika mengacu pada trilogi pendidikan
yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara dan
mengaitkannya dengan pohon karakter Pancasila Logika/Bahasa
dapat diterjemahkan dalam dimensi yang sama. (Epistemologi)
Ajaran Ki Hajar Dewantara tentang Tut Wuri
Handayani meletakkan gagasan metafisika/ Ing madya
ontologi pendidikan dimana dukungan penuh atas mangun karsa
potensi peserta didik diwujudkan dalam semesta
pendidikan yang tidak nampak. Bahwa sejatinya
guru adalah pendukung utama peserta didik dari Metafisika Tut wuri
belakang. Guru merupakan pribadi dan simbol yang (Antologi) handayani
selalu mengikuti dari belakang dan selalu
45 TUNAS PANCASILA