Page 203 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 203

"Perlu kami sampaikan, berdasarkan yang telah kita simak bersama, sekali lagi saya memohon
              persetujuan  di  forum  rapat  paripurna  ini,  bisa  disepakati?"  kata  Wakil  Ketua  DPR  Azis
              Syamsuddin  yang  memimpin  rapat,  Senin  (5/10).  "Setuju,"  kata  anggota  DPR  yang  hadir
              serentak, diikuti dengan ketukan palu.

              Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Supratman Andi Agtas menyampaikan laporan hasil rapat
              Baleg  DPR  bersama  pemerintah  sebelumnya.  Hasilnya,  tujuh  fraksi  setuju  RUU  Cipta  Kerja
              disahkan menjadi undang-undang.

              Sementara, Fraksi Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan menolak
              RUU  Cipta  Kerja  disahkan.  Mereka  menilai  pembahasan  RUU  terburu-buru,  tak  memberikan
              akses pada masyarakat, dan sejumlah pasalnya bermasalah.

              Dalam sidang kemarin, Fraksi PAN merevisi sikap mereka dengan memberikan catatan penolakan
              terhadap pasal pengurangan pesangon buruh dari 32 gaji menjadi 26 kali gaji. Sementara itu,
              Fraksi Demokrat melakukan walk out karena tak diizinkan meneruskan paparan soal keberatan
              mereka.

              Pihak DPR mengeklaim draf terbaru telah mengakomodasi keberatan serikat buruh. DPR dan
              pemerintah sepakat upah minimum kabupaten/kota (UMK) tetap dijalankan dengan syarat atau
              kriteria  tertentu.  UMK  juga  tetap  ada,  menyesuaikan  inflasi  dan  tidak  dikelompokkan  secara
              sektoral.

              Poin lain yang juga disetujui adalah soal jaminan kehilangan Pekerjaan (JKP), jaminan hari tua,
              dan jaminan kecelakaan kerja. Semua jaminan kehilangan Pekerjaan ini pada intinya disetujui
              untuk tetap disubsidi melalui upah dengan menggunakan data BPJS Ketenaga-kerjaan.

              Supratman yang juga ketua Panitia Kerja (Panja) RUU Cipta Kerja menegaskan, beleid itu tidak
              akan menghilangkan hak cuti haid dan hamil. Selain itu, persoalan pemutusan hubungan kerja
              (PHK) tetap diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
              Draf RUU Ciptaker merupakan usulan pemerintah. RUU ini merupakan tindak lanjut keinginan
              Presiden  .Joko  VVidodo  memiliki  omnibus  law  alias  regulasi  sapu  jagat  untuk  menggenjot
              perekonomian.

              RUU Cipta Kerja terdiri atas 15 bab dan 186 pasal. Adapun yang diatur mencakup kewenang-an
              perizinan dan tata mang yang lebih teipusat, penyederhanaan perizinan, pemberdayaan UMKM
              dan koperasi, ketenagakerjaan, zona perekonomian, serta riset dan teknologi.

              Dengan pengesahan kemarin, tak sampai sembilan bulan RUU Cipta Kerja dibahas di DPR sejak
              draf awal diserahkan pemerintah pada 12 Februari lalu. Sebanyak 64 rapat dilakukan sebelum
              pengesahan.  Sedikitnya  8.000  daftar  inventaris  masalah  diklaim  selesai  dalam  jangka  waktu
              tersebut.

              Pada  Sabtu  (3/10),  Baleg  DPR  melakukan  rapat  di  luar  hari  kerja  hingga  malam  hari  dan
              menyepakati RUU Ciptaker akan dibawa ke sidang paripurna untuk disahkan pada Kamis (8/10).
              Namun, rapat pimpinan DPR pada Senin (5/10) pagi kemudian menyepakati disegerakannya
              sidang paripurna. Badan Musyawarah juga menyepakati RUUCiptaker diloloskan ke paripurna.

              Selepas  pengesahan  kemarin,  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto
              menyebutkan, keberadaan UU Cipta Kerja akan membantu Indonesia keluar dari jebakan negara
              berpenghasilan menengah dengan memanfaatkan bonus demografi. Beleid ini dinilai mampu
              menyelesaikan  permasalahan  terbesar  Indonesia,  yaitu  hiper-regulasi  untuk  menciptakan
              lapangan kerja.




                                                           202
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208